Iklim Kering Berdampak Pada Penelitian Mahasiswa Pertanian

kering
Pengendara motor melintasi halaman muka Fakultas Pertanian Unsil Mugarsari, Rabu (23/08/2023). (foto: Ayu Sabrina B)
0 Komentar

“Solusi jangka cepat, pemerintah harus siap suplai air. Karena susah mengandalkan air sumur juga tidak ada, untuk bor pasti butuh biaya besar. Di Afrika kan gersang ya, tapi bisa ada sumber air catatannya ya harus dibor 100 meter lebih,” kata Ade menimpali.

Solusi Hujan Buatan, Mungkinkah?

Ide hujan buatan muncul, ketika El Nino ini berdampak besar pada kehidupan sehari-hari masyarakat. Dengan curah hujan yang tinggi di Tasikmalaya, sebelumnya belum pernah dilakukan metode ini.

“Kalau memungkinkan sih ya, kalau ada biaya, bikin hujan buatan. Coba bisa gak Tasikmalaya?” kata Prof Dr H Rudi Priyadi.

Baca Juga:Para Pelajar di Kabupaten Ciamis Diajak Menghijaukan Kembali Kaki Gunung SawalOknum Pegawai Tata Usaha Kejaksaan Negeri Ciamis Ditahan Karena Terlibat Proyek Fiktif Atap Baja Ringan

Mantan Rektor yang kini juga menjadi dosen di Faperta Unsil, sebutkan syarat utama hujan buatan ini adalah, ditemukannya awan dengan kadar potensi hujan minmal 70% dan mampu disemai.

“Awannya sudah cukup, syaratnya angin laut harus kecil ya tinggal biaya untuk menaburkan garam dan bubuk urea supaya jadi hujan,” tuturnya.

Ia juga kembali menegaskan, bahwa masalah El Nino ini harus dirembukan agar mendapatkan solusi konkret.

“Masalahnya, biaya untuk mengakut ini, dan syaratnya terpenuhi tidak. Kalau terpenuhi, bisa jadi hujan,” ujar Rudi.

“Jadi memang ini (masalah El Nino), harus duduk bersama semua instansi,” pungkasnya.(mg3)

0 Komentar