Hasil Observasi Mahasiswa, 310 Hektar Lahan Pertanian di Kota Tasikmalaya Sudah Beralih Fungsi

Sawah di Musim Kemarau menanam padi hasil observasi mahasiswa tentang lahan pertanian
Seorang buruh Tani mencabuti benih padi untuk dipindahkan ke sawah dengan suplai air yang cukup, Selasa (15/8/2023).
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Siliwangi (BEM Faperta Unsil) melakukan observasi ke lahan sawah di 5 kecamatan di Kota Tasikmalaya.

Hasilnya, mereka menemukan lahan sawah yang mengering akibat kekurangan air dan irigasi.

Mereka mencatat lahan sawah di Kota Tasikmalaya pada tahun 2022 mencapai 5.776 hektar dan lahan non-irigasi sebanyak 978 hektar.

Baca Juga:Penenggak Miras di Kota Tasikmalaya Tak Habis-Habis, Tiap Pekan Selalu Ada Anak Muda yang Terjaring RaziaPenumpang Pesawat yang Turun di Bandara Wiriadinata Akan Ditawari Naik Mobil Ngulisik

Lima kecamatan yang di observasi itu di antaranya, Cibeureum, Tamansari, Kawalu, Bungursari, dan Mangkubumi.

“Masih terdapat beberapa titik wilayah yang seharusnya memiliki irigasi, tetapi tidak sesuai dengan realita yang ada. Seperti di Desa Kersanagara, Cibeureum yang lahannya alami kekeringan karena kurang air dan irigasi,” kata Syahrul Hidayat, Ketua BEM Faperta Unsil kepada Radar, Minggu (24/9/2023).

Bersamaan dengan itu, BEM Faperta Unsil juga menyoroti tentang berkurangnya lahan produktif dan beralih menjadi lahan non pertanian.

Luas lahan pertanian di Kota Tasikmalaya pada tahun 2010 adalah 12.519 Hektar, yang terbagi ke dua kategori yaitu lahan sawah sebanyak 5.993 hektar dan lahan bukan sawah 6.526 hektar.

Sistem pengairan lahan sawah terdiri dari irigasi seluas 5.055 hektar.

“Di tahun 2022, 12.209 hektar di antaranya 5.776 hektar lahan sawah dan bukan sawah seluas 6.433 hektar. Adapun, lahan sawah irigasi seluas 4.798 hektar. Sehingga 10 tahun terakhir terjadi alih fungsi lahan pertanian seluas 310 hektar dan khusus sawah seluas 217 hektar. Alih fungsi ini untuk membangun perumahan, jalan, dan petani yang tidak sejahtera sehingga menjual lahannya,” papar Syahrul.

Bagi Syahrul dan kawan-kawan, irigasi penting sebagai fasilitas pendukung meningkatkan produksi pertanian.

Sementara sampai saat ini sarana prasarana untuk pertanian, khususnya terkait pengairan di lima kecamatan yang disebutkan, masih belum memadai.

Baca Juga:Peringati World Cleanup Day, 2500 Relawan di Kota Tasikmalaya Bersihkan Jalanan dan Sungai dari SampahPersikotas Terancam Absen di Liga 3, Semua Bingung!

“Bentuk bantuan yang diberikan pemerintah hanya terfokus pada bantuan pupuk dan bibit, sementara bantuan lain seperti alsintan, irigasi, prasarana jalan, dan sarana pasar masih belum terpenuhi,” ujarnya.

0 Komentar