Calon Guru Penggerak Angkatan 6 Kota Tasikmalaya Ikuti Lokakarya

Calon guru penggerak
LOKAKARYA. Peserta calon guru penggerak dan calon pengajar praktik Kota Tasikmalaya saat mengikuti lokakarya kelima di SMAN 10 Tasikmalaya, kemarin. (Fatkhur Rizqi/Radar Tasikmalaya)
0 Komentar

“Kemudian, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengutamakan level pemahaman atau kemampuan siswa,” katanya.

KURIKULUM MERDEKA TEKANKAN PEMBELAJARAN BERMAKNA

Selain itu, Pendamping Guru Penggerak Irvan Kristivan MPd menyampaikan dalam implementasi kurikulum merdeka, guru harus paham dulu esensi dari kurikulum itu sendiri. Harus paham apa yang sebenarnya diinginkan oleh kurikulum merdeka.

“Jangan sampai perubahan kurikulum hanya sekadar perubahan administrasinya saja. Sementara penerapannya masih sama begitu-begitu saja tidak ada perubahan,” ujarnya.

Baca Juga:Ace Hardware Siapkan Produk untuk Momen KebersamaanGagah dan Tangguh, Mitsubishi XFC Concept Diperkenalkan di Kota Bandung

Mengingat, kurikulum merdeka itu menginginkan pembelajaran yang bermakna. Artinya pembelajaran itu harus bermanfaat bagi siswa dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari baik saat itu, esok, maupun kelak di masa depannya.

“Karena ada lima prinsip pembelajaran dalam kurikulum merdeka yakni pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik. Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat,” katanya.

Selanjutnya, proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik secara holistik. Pembelajaran yang relevan  yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks, lingkungan, dan budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan komunitas sebagai mitra.

“Terakhir pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan,” ujarnya.

Setelah memahami prinsip kurikulum merdeka yang merupakan ruh dari kurikulum tersebut, barulah guru pelajari Capaian Pembelajaran (CP). Karena CP ini, merupakan acuan bagi guru dalam pembelajaran.

“Selama ini masih terjadi miskonsepsi. Tidak ada buku guru tidak bisa mengajar. Terlebih lagi guru menganggap salah jika yang diajarkan tidak sesuai buku,” katanya.

Karena sering kali, guru yang menjadi acuan mengajar adalah buku. Padahal yang namanya buku itu hanya referensi. “Guru bisa menggunakan buku apapun selama itu relevan dengan keilmuan saat ini. Mau menggunakan buku yang berbasis CBSA, KTSP, kurikulum 2013, atau buku-buku apapun boleh selama sesuai dengan CP dan perkembangan ilmu pengetahuan saat ini,” ujarnya. (riz)

0 Komentar