“Lihat Juventus — mereka sudah punya tiga penyerang top, tapi tetap membeli tiga lagi. Napoli mendatangkan Lucca, Højlund, dan Lang. Inter punya empat striker papan atas, Milan juga belanja penyerang, begitu pula Fiorentina dan Atalanta,” jelasnya.
Gasperini mengingatkan di masa lalu saat melatih Atalanta, klub masih fokus membangun dari lini belakang sebelum lini depan.
“Dulu semua klub mulai dari bek, baru gelandang, dan kalau ada sisa dana, baru beli striker. Di Atalanta, saya berdebat soal itu selama bertahun-tahun,” tuturnya.
Baca Juga:Liberali Tak Menyesal Tinggalkan AC Milan demi Klub Serie B: “Waktunya Tantangan Baru”Mkhitaryan: Mourinho Pelatih Brengsek, Tiap Malam Kirim Pesan WhatsApp Suruh Saya Pergi
“Begitu kami membeli Zapata, kami lolos ke Liga Champions. Dengan Muriel, kami kembali ke sana. Lalu dengan De Ketelaere dan Scamacca, kami menjuarai Liga Europa,” kenangnya.
Bagi Gasperini, perubahan arah investasi klub adalah bukti bahwa sepak bola terus berevolusi.
“Sekarang sepak bola lebih menantang, mungkin tidak seindah dulu, tapi lebih menarik. Kalau kamu punya penyerang hebat, kamu bisa bersenang-senang,” paparnya.
“Dan kalau lihat ke luar negeri, trennya bahkan lebih ekstrem — klub rela menghabiskan ratusan juta euro hanya untuk mendapatkan striker kelas atas,” tutupnya.