Sedihnya Nelayan Pangandaran Berjibaku di Tengah Pencemaran, Jaring Ikan Malah Dapat Banyak Sampah

sampah di laut Pangandaran
Nelayan memilah sampah yang tertangkap jaring saat mencari ikan di Pantai Pangandaran, Senin 8 September 2025. (Ayu Sabrina/Radartasik.id)
0 Komentar

PANGANDARAN, RADARTASIK.ID – Sore itu, Senin (8/9/2025), deru ombak Pantai Timur Pangandaran terdengar berulang, bersahutan dengan teriakan nelayan yang menarik jala ke tepian.

Dari jauh, terlihat jaring yang tampak berat, seakan penuh ikan hasil tangkapan sebelumnya. Namun begitu jala terbuka di bibir pantai, harapan itu langsung pupus.

Plastik kresek, botol air mineral, potongan styrofoam, hingga sisa bungkus mi instan lebih dulu tampak menumpuk, bercampur dengan ikan yang tersangkut di antaranya.

Baca Juga:Data Laporan Harta Kekayaan Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Dapil XIII-XV Kurang UpdateIni Dia Daftar Kekayaan Anggota DPR RI Dapil X dan XI Jawa Barat Menurut LHKPN KPK

Proses memilah pun dimulai. Nelayan duduk jongkok di pasir basah, memisahkan ikan layur, bawal, kakap, hingga ikan kecil yang oleh mereka disebut “ikan kacang-kacangan”.

Tangannya harus lincah agar tidak melukai ikan yang masih hidup, sementara plastik-plastik kusut diletakkan ke satu sisi. Aktivitas sederhana yang mestinya cepat, kini memakan waktu lama.

“Sekarang melaut itu bukan hanya soal cari ikan, tapi juga perang lawan sampah,” kata Dedi (46), nelayan yang sejak remaja sudah terbiasa hidup dari laut.

Menurutnya, masalah utama bukan sekadar jala kotor. Sampah plastik telah mengubah ekosistem.

“Terumbu karang yang jadi rumah ikan tertutup sampah. Kalau ikan pindah atau mati, jelas hasil tangkapan berkurang. Dulu sekali melaut bisa penuh satu perahu, sekarang setengahnya pun susah,” ujarnya sambil menunjuk ke arah laut.

Dedi tidak sendiri. Hampir semua nelayan di Pangandaran mengalami cerita serupa. Seiring waktu, laut yang mestinya menjadi sumber rezeki, juga menghadirkan pekerjaan tambahan: memilah hasil tangkapan dari jeratan sampah. Pendapatan mereka pun kian tertekan.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2023 mendukung keluhan itu. Pangandaran tercatat sebagai titik kedua dengan kelimpahan mikroplastik tertinggi di Indonesia, yakni 45 meter kubik.

Baca Juga:Antisipasi Situasi Keamanan, Sekolah Madrasah Belajar Daring Selama 2 HariFix! Empat Anggota DPR RI Ini Dicopot Mulai Hari Ini: Uya Kuya, Nafa Urbach, Eko Patrio dan Ahmad Sahroni

Angka itu hanya kalah dari Pantai Batu Belig, Bali, yang mencapai 91,22 meter kubik. Sementara di urutan ketiga ada Pantai Pede, Nusa Tenggara Timur, dengan 41,11 meter kubik.

Laporan tahun 2024 memang tidak lagi memasukkan Pangandaran sebagai lokasi penghitungan, namun para nelayan merasakan langsung bahwa sampah masih terus berdatangan.

Persoalan ini menghadirkan ironi. Pangandaran selama ini dikenal sebagai destinasi wisata andalan Jawa Barat. Ribuan orang datang menikmati laut biru, pasir putih, dan ikan segar hasil tangkapan.

0 Komentar