Usaha Lutfi pun berkembang perlahan. Ia kini punya pelanggan tetap, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga pegawai. Banyak yang datang bukan hanya untuk membeli, tapi juga berbincang soal buku. Lutfi bahkan berencana membuat diskusi kecil dan pojok baca gratis, jika nanti ada ruang dan dukungan.
Namun sejauh ini, dukungan itu belum datang. Pemerintah dan institusi pendidikan seolah belum menoleh pada inisiatif literasi seperti yang dilakukan Lutfi. Padahal, dalam banyak forum, pemerintah rutin menggaungkan semangat literasi, budaya baca, dan pentingnya UMKM berbasis pendidikan.
“Cukup diberi ruang yang layak, tidak mahal, dan akses untuk ikut program literasi pun sudah sangat membantu,” ujarnya.
Baca Juga:Baru 12 Orang Diperiksa Polda Jabar Terkait Hibah 30 Miliar di Kabupaten TasikmalayaPesan H Amir Mahpud: Cecep-Asep Diminta Cat dan Bersihkan Masjid Agung Kabupaten Tasikmalaya!
Dari lapak sederhana di tepi jalan, Lutfi membuktikan bahwa semangat literasi bisa tumbuh meski diabaikan sistem. (Ayu Sabrina)