TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan kompetensi siswa agar siap menghadapi tantangan zaman. Sekolah sebagai lingkungan belajar harus mampu mengembangkan potensi siswa agar menjadi individu yang berakhlak mulia, berprestasi, inovatif, serta memiliki kreativitas yang relevan dengan kebutuhan hidup.
Selain itu, pendidikan juga harus mampu menanamkan kesadaran untuk melestarikan lingkungan demi keberlanjutan masa depan.
Atas dasar itulah, SDN 2 Cigantang di Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya terus berkomitmen untuk mewujudkan visi dari pendidikannya, yakni terwujudnya generasi yang berkarakter unggul dalam iman dan takwa (imtak), ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), terampil, krearif, dan berwawasan lingkungan sampai tahun 2028.
Baca Juga:Kinerja Cemerlang! Sharp Raih Penjualan Rp 12 Triliun Sepanjang 2024Â PKBM Saraluna dan Unsil Tingkatkan Literasi Digital Anak PrasejahteraÂ
Sebagai wujud dari komitmen tersebut, sekolah dengan 187 peserta didik ini menghadirkan berbagai program yang mendukung keterampilan siswanya sejak dini.
Salah satu program unggulannya adalah perintisan pembuatan jamur tiram dan produksi briket arang dari limbah kayu atau batok kelapa. “Selain terampil dalam bidang akademik dan nonakademik, siswa juga harus memiliki keterampilan dasar sejak kecil. Dengan begitu mereka bisa terus mengembangkan keterampilan ini sebagai bekal untuk masa depannya,” ujar Kepala SDN 2 Cigantang, Edi Rahdi SPd, kepada Radar, Jumat (28/2/2025).
Ia menjelaskan bahwa program ini ditujukan untuk siswa kelas 4 – 6 dan telah berjalan sejak awal tahun ajaran 2024/2025. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan di luar jam pelajaran sebagai aktivitas tambahan yang bermanfaat bagi siswa.
Edi menuturkan, dalam kegiatan pembuatan jamur tiram mengajarkan siswa tentang cara membudidayakan jamur, mulai dari persiapan media tanam, perawatan hingga panen.
Melalui kegiatan tersebut, siswa diajak untuk memahami proses alami pertumbuhan jamur, serta bagaimana cara mengelola hasil panennya.
Sementara itu, program pembuatan briket arang mengajarkan siswa tentang pemanfaatan limbah kayu dan batok kelapa menjadi sumber energi alternatif. Melalui program ini, siswa tidak hanya memahami konsep daur ulang dan pengelolaan limbah, tetapi juga mendapatkan pengalaman praktik dalam membuat produk yang ramah lingkungan.
“Anak-anak sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Mereka bisa belajar sambil praktik langsung, sehingga lebih mudah memahami prosesnya. Selain itu, kegiatan ini juga menanamkan rasa kepedulian terhadap lingkungan sejak dini,” ujar Edi.