Alarm Bahaya! Kasus HIV di Kalangan Remaja Kabupaten Tasikmalaya Meningkat

hiv
Mahasiswa Stikes Respati Singaparna menyimak materi seminar tentang  Remaja, Seksualitas, dan HIV/AIDS yang diselenggarakan KPA Kabupaten Tasikmalaya, Jumat, 20 Desember 2024. (Radika Robi Ramdani/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Tasikmalaya menggelar seminar tentang Remaja, Seksualitas, dan HIV/AIDS pada Jumat, 20 Desember 2024.

Kegiatan ini diadakan secara langsung di lantai dua Gedung Stikes Respati Singaparna bagi mahasiswa, serta melalui platform Zoom untuk siswa SMA sederajat.

Pengelola Program KPA Kabupaten Tasikmalaya, Sony Syarip Hanani, menjelaskan bahwa seminar ini merupakan upaya mengedukasi remaja terkait pencegahan HIV/AIDS.

Baca Juga:Semarak HUT BRI Ke-129, Bakti Sosial dan Lomba Meriahkan Perayaan di TasikmalayaPembebasan Lahan Pembangunan Jembatan Cirahong 2 Penghubung Tasik-Ciamis Harus Untungkan Masyarakat

Ia menyoroti meningkatnya kasus HIV di kalangan remaja di Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan data terbaru, kasus HIV ditemukan pada remaja berusia 15 hingga 19 tahun, sehingga edukasi ini menjadi sangat penting.

Sony menambahkan, KPA bekerja sama dengan Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Provinsi Jawa Barat wilayah XII untuk menyosialisasikan pengetahuan tentang HIV/AIDS di SMA dan SMK se-Kabupaten Tasikmalaya.

Kegiatan tersebut mencakup edukasi tentang HIV/AIDS sekaligus menawarkan tes HIV/AIDS kepada warga sekolah.

Ia mengungkapkan bahwa sebagian besar kasus penularan HIV pada remaja disebabkan oleh hubungan seksual, terutama di kalangan laki-laki seks laki-laki (LSL).

Para remaja diharapkan memahami cara pencegahan dan penularan HIV/AIDS agar dapat melindungi diri mereka di masa depan.

”Kita coba mengendalikan agar kasus tersebut tidak menyebar di tingkat remaja,” ujarnya kepada Radartasik.id.

Pemerhati HIV/AIDS nasional, Sanding Bayu, turut menjelaskan pola penularan HIV/AIDS di Indonesia yang terbagi dalam beberapa gelombang.

Gelombang pertama pada tahun 1987 hingga 1990-an terjadi melalui hubungan seksual.

Baca Juga:5th Anniver5ary HGRB, Wujud Nyata Solidaritas Bikers BandungPemkab Ciamis Canangkan Rp 2 Miliar untuk Pembebasan Lahan Pembangunan Jembatan Cirahong 2

Gelombang kedua pada tahun 1997 hingga 2006 disebabkan oleh penggunaan narkoba suntik, di mana prevalensi HIV di kalangan pengguna narkoba saat itu mencapai 40-50 persen.

Gelombang ketiga yang terjadi saat ini kembali didominasi oleh hubungan seksual, terutama di kalangan LSL.

Fenomena ini berdampak pada meningkatnya kasus HIV/AIDS di kalangan ibu rumah tangga dan anak-anak, karena laki-laki yang terlibat dalam hubungan LSL juga memiliki pasangan perempuan.

Menurut Sanding, pencegahan terbaik adalah memberikan pendidikan seksual yang komprehensif kepada remaja.

Ia menekankan bahwa pendidikan seksual seharusnya diberikan di sekolah, perguruan tinggi, dan keluarga, untuk membatasi akses remaja terhadap pornografi yang sering menjadi pemicu perilaku seksual berisiko.

0 Komentar