Dianggap Kurang Tepat, Kunjungan Pelajar SMPN 5 Ciamis ke Kampung Kerukunan Jadi Sorotan

pelajar SMP
tangkapan layar video kunjungan pelajar SMPN 5 Ciamis ke salah satu rumah ibadah.
0 Komentar

Terpisah, menyikapi fenomena itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Ciamis Asep Saeful Rahmat mengaku telah melaksanakan rapat koordinasi dengan para unsur ulama dan pemerintah daerah, sehingga mendapatkan pencerahan dan kesepakatan.

“Dari hasil tadi, kami sepakat bahwa untuk pembelajaran sebaiknya sekolah ataupun guru harus memahami psikologi perkembangan siswa. Jadi ketika jenjang TK, SD, dan SMP kondisi emosi dan psikologi belum stabil,” katanya.

Oleh karenanya untuk konten-konten atau pembelajaran tertentu sebaiknya disikapi lebih bijak, ketika memberikan  pembelajaran kerukunan beragama atau kebhinekaan kepada siswa.

Baca Juga:Alat Peraga Sosialisasi Tak Boleh Dipasang Sebelum Masa Kampanye TibaTak Paham Fungsi Trotoar, Bangunan yang Viral Kini Sudah Dibongkar

“Artinya Tidak mesti kontekstual atau datang ke lokasi-lokasi ke tempat peribadatan. Tetapi bisa dilakukan pembelajaran media visual foto dan video, atau bisa dibuka akun belajar siswa dan guru,” terang dia.

Untuk itu, Disdik pun mengatakan bahwa kegiatan itu tidak tepat, sehingga mengambil tindakkan memanggil pihak sekolah bersangkutan untuk klarifikasi.

Pihak guru atau sekolah menjelaskan upaya sebagai  pembelajaran kontekstual atau pembelajaran langsung di lokasi sesuai dengan tema pembelajaran, namun belum berfikir lebih jauh, dampak dari hal itu.

“Disdik pun memberikan penjelasan hal-hal yang dilakukan itu, kurang bijak. Kenapa tidak dilakukan pembelajaran melakukan visual saja, karena dalam akun peserta didik konten-konten itu sudah ada, tinggal mau buka dan pelajari bersama, seperti bagaimana disebut kerukunan beragama ada pada film pendek ataupun foto-foto, tinggal belajar bersama-sama didalam kelas,” jelas dia.

Kalau pun ingin di luar kelas, bisa pada halaman sekolah dengan bercerita dan memperlihatkan gambar-gambar kebhinekaan kepada siswa. Sehingga siswa memahami apa yang disebut dengan kerukunan beragama atau kebhinekaan global.

“Sehingga kita membuat berita acara dan guru ataupun sekolah membuat pernyataan tidak akan mengulangi dan bersikap bijaksana dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa. Sehingga tidak ada kekhawatiran dan masyarakat pada umumnya,” ujarnya. (*)

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

0 Komentar