“Dengan banyak sekolah swasta ini harus bersaing secara sehat, jangan sampai dalam PPDB dalam persaingan tidak sehat,” katanya.
Ia pun memisalkan bisa bersaing SMP Terpadu Riyadlul Ulum Waddawah Putri Kompleks Pesantren Condong, SMP Al Muttaqin, SMP Islam Al Azhar seperti memiliki keunggulan boarding school, fullday school atau berbasis keagamaan. “Walaupun mahal biayanya masyarakat percaya menitipkan anaknya di sana,” ujarnya.
Sedangkan untuk pantau Radar di SMP Pasundan belum ada aktivitas kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS). Mengingat siswa terlihat kosong di kelas dan guru pun tidak ada di ruangannya.
Baca Juga:Zulkifli Hasan Bakar Semangat Kader PAN Tasikmalaya, Minta Semua Kompak Memenangkan Pileg dan Pilpres 2024MPLS Momentum Tanamkan Karakter Masagi
Hanya terlihat peremajaan cat tembok saja. Dan banner informasi penerimaan peserta didik baru (PPDB) saja di depan sekolah.
Ada salah satu pegawai SMA Pasundan mengantarkan pun tidak melihat aktivitas pembelajaran. Saat ditanyakan apakah ada siswa SMP di sini, ketika menjawab sungkan barangkali salah.
Sebelumnya, Plt Kepala SMP Galunggung Farah Mumtaz menyampaikan soal Dapodik kosong di SMP Galunggung, karena waktu itu ada sedikit masalah, sehingga telat sinkronisasi. Akibatnya tidak terisilah kepala sekolah, operator, akreditasi, kurikulum, dan jumlah siswa.
Namun, kata dia, SMP Galunggung masih ada dan menerima siswa di tahun ajaran baru ini. “Sekolah Galunggung masih ada, boleh tanya ke Disdik,” ujarnya.
Akibat gagal sinkronisasi pada Dapodik, dia mengakui tidak menerima Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Itu tidak disoalkan oleh sekolah, karena masih terbantu oleh yayasan. “Tetap tidak masalah karena kita keuangan dibantu oleh Yayasan Galunggung,” katanya.
Tentang keadaan siswanya saat ini, SMP Galunggung memang sedikit. Untuk tahun ini saja jumlah dari kelas IX ada 19 siswa dan kelas VIII ada 6 siswa. “Selanjutnya kelas 7 yang daftar baru 3 siswa,” ujarnya.(*)