Petani dan Kemiskinan

Petani dan Kemiskinan
0 Komentar

Di sisi lain, Sayogyo (1985) menyatakan bahwa kondisi kehidupan sosial ekonomi petani di pedesaan memperlihatkan bahwa struktur agraris yang terjadi ditandai oleh adanya ketimpangan distribusi penguasaan tanah pertanian yang cukup besar. Kenyataan tersebut menimbulkan akibat makin kecilnya rata-rata pemilikan tanah pertanian dan fragmentasi tanah akan terjadi terus menerus.

Berkurangnya lahan pertanian karena adanya alih fungsi lahan dan jual beli lahan ditunjukkan dengan data Sensus Pertanian 1983-2003 yang menunjukkan rata-rata kepemilikan lahan petani pada tahun 1983 sebesar 0,23 ha dan kepemilikan ini semakin kecil karena di tahun 2003 menjadi 0,07 ha.

Sebagaimana hasil studi penulis dan rekan ‘Waiting for the call to prayer: exploration, accumulation and social reproduction in rural Java’ yang dimuat pada The Journal of Peasant Studies (https://doi.org/10.1080/03066150.2021.1970540), kepemilikan lahan berkurang karena diwariskan, dijual untuk biaya kesehatan, pendidikan, atau pesta (pernikahan atau sunat). Dari 2 daerah lokasi studi, kepemilikan lahan penduduk setempat menurun dan tanah di lokasi dimiliki warga dari luar kampung, baik yang punya keterkaitan sejarah/darah dengan kampung tersebut ataupun yang membeli lahan untuk investasi. Penduduk setempat tetap menjadi penggarap atau buruh tani.

Baca Juga:Pekerja Migran Harus Legal Jembatan Baru Segera Diperbaiki

Kepemilikan lahan yang makin kecil ini tentu tidak memiliki nilai ekonomis bagi keluarga tani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keluarga tani secara masing-masing atau bersama-sama memenuhi kebutuhan hidup dari mata pencaharian non tani lainnya.

Perempuan menjadi buruh mengemas snack di rumah-rumah sambil mengurus anak, memasak, membersihkan rumah, menunggu jemuran kering, Pria bekerja menjadi buruh harian lepas atau serabutan, ditambah dengan anak yang bekerja menjajakan makanan ringan atau mainan adalah sebagian dari cara keluarga tani memenuhi kebutuhan hidupnya.

Berbagai upaya kreatif yang dilakukan keluarga tani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bukan cuma beban ganda tapi beban multi yang harus dijalani, akan lebih ideal jika dilakukan dengan upaya-upaya signifikan di sektor pertanian oleh pemerintah dan masyarakat. Pertanian akan tetap diperlukan, karena mahluk hidup selalu perlu makan. Apalagi Malthus sudah menjelaskan bahwa pertambahan manusia jauh lebih tinggi daripada pertambahan produksi pangan.

0 Komentar