BUNGURSARI, RADSIK – Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya terus mencari formulasi menuntaskan persoalan sampah daerah. Dimana, saat ini rata-rata setiap hari 200 ton sampah dihasilkan dari berbagai penjuru Kota Resik.
Salah satu upaya yang baru digulirkan, yakni Gerakan Donasi Sampah dan Jelantah Ngarah Resik (Gedong Tasik), yang merupakan bentuk keseriusan daerah menciptakan program berkelanjutan. Selain itu, gebrakan tersebut berbasis peran aktif dari masyarakat.
“Dengan cara mengedukasi dan mengajak masyarakat untuk berdonasi sampah terpilah dan minyak jelantah guna membangun Kota Tasikmalaya,” kata Wali Kota Tasikmalaya H Muhammad Yusuf usai apel gabungan di lapangan upacara bale kota, Senin (22/8/2022).
Baca Juga:Pacu Gairah Pemulihan EkonomiRibuan Penduduk Keluar-Masuk Tasik
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Menurutnya, program itu berjalan dengan mengumpulkan sampah terpilah dan minyak jelantah dari publik, dunia usaha, sekolah, BUMN, BUMD mau pun instansi lain yang beroperasi di daerah. “Untuk kemudian dikonversi menjadi dana yang kemudian akan digunakan untuk pemberdayaan masyarakat dan Kota Tasikmalaya,” tuturnya.
Dia menambahkan, melalui program tersebut diharapkan mampu mengurangi sampah domestik berupa sampah rumah tangga dan sejenisnya. Mengurangi beban dari pemanfaatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir.
Yusuf mengapresiasi dan bersyukur terhadap lembaga masyarakat seperti Perbanusa, Yarkindo, LPBI NU dan lainnya yang telah menjadi mitra dalam pelaksanaan program tersebut. “Kami berharap dengan program ini akan memberikan motivasi bagi seluruh masyarakat dalam memelihara lingkungan Kota Tasikmalaya yang bersih dan resik menuju Kota Tasik Adipura Jabar Juara,” tekad Yusuf.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tasikmalaya H Deni Diyana mengatakan, sebagaimana namanya, ini gerakan sedekah sampah dari instansi BUMN, BUMD, pengusaha, hotel termasuk elemen masyarakat. “Sampah terpilah ini nanti donasi, kita bermitra dengan beberapa lembaga. Dana yang terkumpul akan kita titipkan di Baznas untuk mendanai pengelolaan lingkungan daerah, misal ada warga butuh bak sampah, roda sampah, dan lainnya,” tutur Deni.
Supaya, lanjut dia, ke depan dalam menangani persoalan tidak mesti semua mengandalkan APBD. Bagaimana merangsang semua pihak, berpartisipasi dan bisa berperan serta peduli dalam melihat persoalan yang terjadi di lingkungan. “Kita harap jadi dampak positif dan berkesinambungan dilaksanakan masyarakat. Tidak hanya penataan kebersihan, lingkungan kumuh dan lain-lain ketika dana terkumpul besar, termasuk menggerakan ekonomi publik,” harap dia. (igi)