TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Bulan Ramadhan menjadi salah satu momen yang memiliki potensi perekonomian di mana perputaran uang cenderung meningkat. Namun pemerintah jangan lengah dan harus menjaga agar para pelaku usaha tidak melakukan aktivitas seenaknya.
Pantauan Radar, jumlah pedagang di beberapa ruang publik pada bulan Ramadan ini mengalami peningkatan. Dari mulai di bahu jalan, trotoar dan beberapa spot yang memang strategis menjadi lapak jualan.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Tasikmalaya mengatakan bahwa Ramadan memang jadi momentum positif bagi dunia usaha. Perputaran uang pun meningkat dibanding har-hari biasanya. “Khususnya kuliner, jajanan-jajanan untuk buka puasa,” ucapnya.
Baca Juga:Partai Golkar Evaluasi Figur Untuk Pilkada 2024, Nasib H Yusuf di Kota Tasikmalaya?Ivan Dicksan Maju-Mundur Hadapi Pilkada 2024 Kota Tasikmalaya, Masih Menunggu Partai yang Mengusung
Apalagi ketika musim buka bersama nanti, menurutnya nakal jadi peluang rumah makan untuk mengais rezeki lebih. Karena di pertengahan Ramadan biasanya banyak masyarakat yang memilih restoran atau rumah makan untuk buka puasa bersama. “Jangan heran kalau rumah makan pada penuh nnati,” katanya.
Pihaknya berharap peluang ini bisa diambil oleh para pelaku usaha lokal untuk meningkatkan perekonomian. Termasuk menjelang nanti lebaran di mana perputaran uang lebih kencang lagi. “Mendekati lebaran makin besar lagi potensinya, dari mulai pakaian sampai parsel, bahkan sembako,” terangnya.
Di sisi lain, pemerintah juga tidak boleh terlena dengan momentum lebaran ini. Karena pengendalian dan pengawasan harus tetap dilakukan supaya dampak negatifnya bisa diminimalisir. “Jangan sampai jalan jadi macet karena kebanyakan PKL di bahu jalan, atau yang parkir sembarangan,” ucapnya.
Dalam hal ini Dinas KUMKM Perindag, Satpol PP dan Dinas Perhubungan harus kerja ekstra. Supaya ketertiban umum di ruang publik bisa tetap terjaga dan suasana tetap nyaman. “Pemerintah tetap harus ada agar situasi ini tidak kebablasan dan malah berdampak negatif yang lebih besar,” katanya.
Selain itu, kualitas dari produk juga harus tetap ada pengawasan. Jangan sampai produk-produk kuliner yang dijajakan malah bisa berdampak negatif untuk kesehatan masyarakat. “Jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan hanya karena kualitas produk kuliner yang buruk,” imbuhnya.(*)