Perempuan Kerap Jadi Objek Politik, Pengamat Berikan Pesan Ini

puan
Ilustrasi: net
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID– Perempuan masih dianggap sebagai gender kedua di hadapan publik. Dalam ranah politik pun masih kedapatan hanya dijadikan objek untuk mendulang suara.

Hal itu diungkapkan Direktur Taman Jingga, Ipa Zumrotul Falihah bahwa fenomena itu terjadi di Kota Tasikmalaya.

“Ada peran yang salah kaprah. Di mana perempuan dijadikan objek politik oleh partai politik atau oleh oknum elite politik. Perempuan hanya sekadar dijadikan umpan untuk mendulang suara,” kata Ipa kepada RadartasikID, Jumat, 8 Maret 2024.

Baca Juga:Jualan di Lorong Katasik Bikin Deg-Degan, Promosi Wisata untuk Menarik Pengunjung Masih MinimAplikasi APATARS-GO di Kota Tasikmalaya Dibuat dengan Tujuan Mulia, Kenapa Masih Belum Digunakan?

Ayo Olahraga! 100 Perempuan Antusias Ikuti Fitness Power yang Digelar Politeknik LP3I Tasikmalaya 

Dalam momentum itu, Ipa menyebut bahwa masih ada wanita yang tidak bisa merasakan kemerdekaannya.

“Hari perempuan internasional untuk menghargai perjuangan para perempuan dalam mewujudkan kesetaraan gender dan hak-hak,” kata Ipa menjelaskan.

Banyak peran yang bisa diambil oleh kaum hawa. Diantaranya melibatkan dirinya dalam politik. Dapat dimulai dengan menjadi pemilih yang realistis dan cerdas.

Rekor! Setelah Pileg 2024, 7 Perempuan Bakal Duduk di Kursi DPRD Kota Tasikmalaya

Namun, posisi itu kata Ipa juga rentan mendiskriminasi. Seperti tampak hanya dijadikan sebagai objek politik.

Ia mengambil contoh Pemilu 2024 pada 14 Februari lalu. Banyak kaum ibu yang sengaja “dipasang” dalam marketing politik.

Baca Juga:Luncurkan Aplikasi IKET, Pj Wali Kota Tasikmalaya Cheka Virgowansyah Yakin Pekerjaan ASN Jadi Lebih MudahBersih-Bersih Sungai Cimulu, Brigif 13 Galuh Rahayu dan Aktivis Lingkungan Malah Temukan Ratusan Botol Bekas Miras Terkubur Lumpur

“Seperti kampanye yang tanpa mempresentasikan kepentingan perempuan. Hanya dijadikan sebagai objek saja,” tuturnya.

Penyalahguna Narkoba Bukan Hanya Laki-Laki, Perempuan di Kota dan di Desa Juga Banyak!

“Tanpa pemenuhan keterwakilan 30 persen perempuan dalam Pileg, ini bisa menjadikan partai politik gagal untuk ikut kontestasi. Sehingga yang tidak mengerti apapun dijadikan Caleg tanpa punya visi dan misi jelas,” tandasnya.

Ipa pun berharap IWD tak sekadar seremonial belaka. Publik harus sadar bahwa semua kaum hawa menjadi hebat dan bisa berperan menjadi apapun.(Ayu Sabrina B)

0 Komentar