CIHIDEUNG, RADSIK – Kegiatan belajar mengajar (KBM) di SMPN 2 Kota Tasikmalaya mendadak berubah jadi mencekam. Sekitar pukul 09.00 WIB, Suara sirine berbunyi sangat keras. Para pelajar pun berhamburan ke lapang upacara dengan tas di kepala.
Setelah semua berkumpul, mereka diberikan arahan oleh petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Damkar Kota Tasikmalaya tentang kebencanaan.
Koordinator Lapangan Unit Reaksi Cepat (Korlap URC) BPBD Kota Tasikmalaya Harisman mengatakan simulasi itu merupakan bagian dari program mitigasi bencana. “Hari ini kita kerja sama dengan SMPN 2 melakukan mitigasi bencana, khususnya gempa bumi,” ujarnya kemarin.
Baca Juga:Puluhan Personel Disiagakan Jelang NataruIstigasah, Minta Perlindungan
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Dia mengatakan saat ini BPBD tengah gencar melakukan simulasi dan sosialisasi tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi. Khususnya saat jam belajar tengah berlangsung. ”Termasuk juga langkah yang harus dilakukan guru dan apa yang harus dilakukan siswa saat bencana gempa bumi terjadi,” katanya.
Dalam kesempatan itu para pelajar diajari cara berlindung di tempat aman dan segera berlari ke titik aman melalui jalur evakuasi yang telah disediakan. “Hasil pemantauan kami, sarana dan prasarana evakuasi bencana di sekolah ini belum maksimal. Masih ada rambu jalur evakuasi yang kurang. Lalu masih adanya kekurangpahaman, baik siswa maupun guru dalam hal bagaimana sikap kita ketika terjadi gempa bumi,” terangnya.
Kepala SMPN 2 Kota Tasikmalaya Affi Endah Navilah menuturkan pihaknya berkolaborasi dengan BPBD untuk melakukanan simulasi dan sosialisasi mitigasi kebencanaan. Khususnya bencana gempa bumi. Para guru juga diminta agar konten tentang kesiapsiagaan bencana dimasukan dalam mata pelajaran.
“Jadi materi pembelajaran bisa diintegrasikan dengan edukasi terkait kebencanaan. Siswa harus terus diingatkan kemudian yang harus dipahami guru bagaimana sosialisasikan masif ke anak-anak di mata pelajaran,” papar Affi.
Dengan adanya simulasi tersebut, siswa diharapkan jadi lebih siap menghadapi bencana gempa bumi. Terutama ketika mereka sedang belajar di dalam kelas. “Mudah-mudahan bisa meminimalkan risiko terjadinya korban. Anak-anak tidak panik saat terjadi bencana, tapi evakuasi dengan terkontrol dan memudahkan proses penyelamatan,” harapnya. (igi)