Melestarikan Tikar Mendong Purbaratu Tasikmalaya yang Nyaris Lenyap Ditelan Zaman

Melestarikan Tikar Mendong Tasikmalaya yang Nyaris Lenyap Ditelan Zaman
Salah seorang perajin tikar mendong di Purbaratu Tasikmalaya tetap setia memproduksi meski banyak disaingi tikar plastik. (Foto: Ayu Sabrina B / radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Di usia yang sudah tidak muda, Nur (65) dan Akrom (61), terus memijakkan kakinya pada pedal alat tenun tikar mendong yang juga telah usang.

Bagi mereka, bukan hanya sekadar mengais rezeki, tetapi juga melestarikan karya asli kampung halaman mereka, Purbaratu, Kota Tasikmalaya.

Menggunakan kedua tangan keriput mereka, dengan teliti menempatkan batang mendong di antara benang-benang tenun dalam mesin yang disebut tustel.

Batang-batang yang ditenun itu lama-kelamaan menjadi satu menjadi tikar.

Baca Juga:Sekda Kota Tasik Minta Program Kepemudaan Mengutamakan Manfaat untuk MasyarakatPKS Pastikan Tetap Dalam Koalisi Perubahan, Netizen: Kemungkinan Gabung Prabowo

Naca juga: Soal Pembenahan Untuk Adipura, Mantan Wali Kota Tasikmalaya Singgung Kondisi HZ Mustofa dan Cihideung

Dalam satu hari, dari delapan tustel yang ada, para pekerja setidaknya dapat menghasilkan panjang tenunan sampai 100 meter dan lebar sekitar satu meter.

Nur bekerja setiap hari, dengan upah yang dipatok Rp2500 per meternya.

Selama sehari penuh, ia menenun mandong dari pagi hingga petang biasa menghasilkan 10 meter.

”ya kalau tidak bekerja ini, apalagi. Saya juga itung-itung olahraga, karena semua anggotan badan ini bergerak,” ujarnya, Minggu (3/9/2023).

Berbeda dengan Nur, Akrom yang sudah belajar menenun mendong sejak remaja ini, memproduksi tikar mulai dari panen proses panen mendong hingga dijajakan kepada pengedar.

Selain membuat tikar mendong di rumahnya sendiri, ia juga adalah seorang petani mendong yang biasa menjual hasil panennya ke para pengrajin tikar mendong di Tasikmalaya.

Baca Juga:Berwisata ke Air Panas Cibolang di Pangalengan, Cuma Bayar Tiket Masuk Rp 20.000 Bisa Berendam, Nginep dan Mancing5 Penyebab Aki Mobil Mudah Tekor, Perhitungkan Sebelum Pasang Aksesori

”Iya meneruskan usaha dan ajaran keluarga, dari dulu saya juga gak tahu dari bapak atau kakek saya,” ucapnya.

Ketika musim panen tiba, Akrom biasa menempuh satu jam perjalanan untuk menjemput rumput liar bahan pembuat tikar mendong itu.

Adapun, proses dari mulai panen hingga menjadi tikar itu, memakan waktu hampir dua pekan.

Apalagi, di musim kemarau yang kekurangan air ini, dapat menghambat produksi tikar mendong.

”Dipanen kemudian nanti dijemur dua sampai tiga hari, diangkat dibawa ke rumah. Nanti tuh ada proses dijemur lagi, terus dibasahi lagi, terus diwarnain,” katanya.

0 Komentar