BUNGURSARI, RADSIK – Hasil pemeriksaan laboratorium pemeriksaan pasien suspek cacar monyet sudah keluar. Hasilnya melegakan. Tidak teridentifikasi adanya kasus cacar monyet.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikamalaya dr Uus Supangat menuturkan, pihaknya sudah mengirimkan sampel lesi atau luka pasien ke Laboratorium Kemenkes. Pemeriksaan tersebut sudah selesai dengan hasil negatif.
“Alhamdulillah hasilnya negatif,” ungkapnya usai menerima audiensi dari tenaga kesehatan di Bale Kota, Selasa (13/9/2022).
Baca Juga:Distribusi Air Bersih Masih TergangguBLT BBM Dinilai Tak Optimal
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Hasil tersebut cukup melegakan. Artinya, Kota Tasikmalaya masih steril dan belum ada temuan cacar monyet. Upaya tracking untuk menemukan sumber penularannya pun dinilai tidak perlu berlanjut. “Kan sudah dinyatakan bukan monkey fox,” ucapnya.
Sampai kemarin, pasien masih ditangani di RSUD dr Soekardjo untuk penanganan klinis dari cacar yang dialami. Pasalnya, meskipun bukan cacar monyet tetap perlu diobati. “Tapi kalau secara umum kondisinya semakin membaik,” katanya.
Meski demikian, pihaknya tetap meminta masyarakat agar tetap menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Selain mengantisipasi masuknya cacar monyet, penyakit bukan hanya itu saja. “Penyakit-penyakit lain juga perlu dihindari dengan PHBS,” ucapnya.
Munculnya kecurigaan adanya penderita cacar monyet bermula ketika RSUD menerima pasien cacar pada Jumat (9/9/2022). Sebagaimana dijelaskan Wadir Pelayanan RSUD dr Soekardjo dr Titie Purwaningsari, di mana pihaknya menangani pasien cacar dengan kondisi luka yang tidak biasa. “Iya, ada pasien perempuan,” ungkapnya saat dihubungi Radar, Jumat (9/9/2022).
Namun demikian, sejauh ini statusnya baru dicurigai saja karena ada perbedaan luka. Secara umum, kondisinya masih sama seperti penyakit cacar pada umumnya. “Jadi baru sebatas dicurigai, belum sampai status suspek,” ungkapnya.
Ada pun penanganan yang dilakukan yakni menempatkan di tempat terpisah layaknya isolasi. Hal itu sudah menjadi prosedur umum untuk penanganan pasien penyakit menular. “Memang dipisahkan karena kita punya tempat khusus untuk penanganan penyakit menular,” ucapnya.
Baca Juga:Tingkatkan SDM, Pemandu Wisata DilatihCiamis Belum Ramah terhadap Disabilitas
Disinggung soal riwayat perjalanan dari pasien tersebut. Informasi yang dia dapat pasien menetap di Kota Tasikmalaya. “Tapi tetap kita antisipasi meski baru dicurigai,” katanya. (rga)