Kasus Perundungan Siswa MTs di Kabupaten Tasikmalaya Berakhir Islah, Ini Penjelasan Polisi

Kasus Perundungan Siswa MTs di Kabupaten Tasikmalaya
Kasat Reskrim Polres Tasikmalaya, AKP Ridwan Budiarta SH, diwawancara wartawan, Selasa, 8 Oktober 2024. (Diki SetiawanRadartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Kasus dugaan perundungan yang melibatkan puluhan pelajar di sebuah Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kecamatan Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya, yang sempat menjadi viral di media sosial, akhirnya diselesaikan melalui proses islah atau kekeluargaan pada Selasa, 8 Oktober 2024.

Satuan Reskrim (Satreskrim) Polres Tasikmalaya memfasilitasi pertemuan antara kedua belah pihak, dengan melibatkan stakeholder terkait, pihak sekolah, dan tokoh masyarakat setempat untuk mencapai kesepakatan damai.

Kasat Reskrim Polres Tasikmalaya, AKP Ridwan Budiarta SH, menyatakan bahwa setelah menerima laporan mengenai video perundungan yang beredar luas, kepolisian segera mengambil tindakan untuk menangani masalah tersebut.

Baca Juga:Peringatan Maulid Nabi: Wujud Kebersamaan Umat di Desa Deudeul Kabupaten TasikmalayaDukungan Tak Terputus, Iwan Saputra Tetap Kuat di Tasik Utara Menuju Pilkada 2024

Ridwan menjelaskan bahwa berbagai langkah telah diambil, termasuk upaya jemput bola untuk mempertemukan semua pihak yang terlibat. ”Alhamdulillah tadi malam (Senin malam, red) kami jemput bola dan kami kumpulkan semua pihak,” ungkapnya kepada wartawan, Selasa, 8 Oktober 2024.

Setelah itu, mekanisme diversi atau penyelesaian di luar pengadilan pun berhasil dilaksanakan.

Dari perspektif hukum, Ridwan menegaskan bahwa kepolisian berusaha memberikan solusi yang tepat untuk kasus ini, dengan tetap memperhatikan aspirasi kedua belah pihak yang lebih memilih penyelesaian secara kekeluargaan.

Kedua pihak sepakat bahwa situasi yang digambarkan dalam video asus perundungan siswa MTs di Kabupaten Tasikmalaya itu tidak sepenuhnya mencerminkan kejadian sebenarnya.

Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh Satreskrim Polres Tasikmalaya, motif kejadian ini berasal dari inisiatif sekelompok pelajar yang ingin membentuk kelompok pertahanan sekolah.

Di sekolah tersebut, belum ada organisasi seperti Patroli Keamanan Sekolah (PKS), sehingga para siswa berinisiatif untuk membentuk kelompok yang berfokus pada keamanan sekolah.

Ridwan menjelaskan bahwa siswa senior dari kelas 8 mengajak para junior mereka di kelas 7 untuk mengikuti pembinaan fisik, seperti push up dan sit up.

Baca Juga:Krisis Air Bersih di Kampung Cipulus Tasikmalaya: Bagaimana Warga Bertahan Usai Longsor?PKB Kerahkan Kader Tunas Bangsa, Targetkan Kemenangan untuk Ade-Iip di Pilkada Kabupaten Tasikmalaya

Namun, beberapa siswa kelas 7 meminta latihan yang lebih menantang untuk menguji ketahanan fisik mereka, sehingga beberapa video yang menunjukkan kegiatan tersebut tersebar.

Meskipun video yang beredar di media sosial menimbulkan kekhawatiran, Ridwan menambahkan bahwa dalam beberapa video lainnya, terlihat para siswa bercanda dan tertawa, menunjukkan bahwa tidak ada kekerasan yang serius.

0 Komentar