Fasilitas KITE IKM Bea Cukai, Bikin Ekspor Makin Gacor

Kite ikm
Aktivitas produksi pakaian muslim di PT Tjiwulan Putra Mandiri Tasikmalaya. Produk tersebut kemudian diekspor ke Arab Saudi, Afrika dan negara lainnya.
0 Komentar

Untuk itu, Bea Cukai Tasikmalaya terus mendorong dan mendukung IKM yang ada di wilayah Priangan Timur untuk menggunakan fasilitas KITE IKM atau kegiatan eksportasi. “Fasilitas ini merupakan peluang besar bagi IKM untuk berkembang lebih jauh serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global,” terangnya.

PIC Ekspor-Impor PT Tjiwulan Putra Mandiri Tasikmalaya Opik Taufik Hidayat mengatakan, PT Tjiwulan Putra Mandiri berdiri tahun 2013 dan bergerak di bidang usaha garmen. Perusahaan yang berada di Tanjung Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya ini memproduksi pakaian muslim seperti jubah, baju gamis top Arab, kurta, abaya, baju koko dan lain-lain.

Cikal bakal PT Tjiwulan Putra Mandiri itu berawal dari perusahaan keluarga yang berdiri tahun 1990-an yakni Tjiwulan Bordir. Saat itu Tjiwulan Bordir sudah mulai ekspor namun skala kecil. Di tahun 2013 barulah PT Tjiwulan Putra Mandiri berdiri oleh penerus generasi pertama yakni H Undang Zarkasih.

Baca Juga:FES x CBP Funtastic 2024: Langkah Nyata BI Tasikmalaya Tingkatkan Literasi Ekonomi SyariahBea Cukai Fasilitasi Perdagangan Internasional, Produk Khas Tasikmalaya Dilirik Malaysia

“Di tahun 2013 itu kita sudah mulai ekspor ke beberapa negara seperti ke Arab Saudi dan Afrika,” jelasnya kepada Radar, Kamis (5/9/2024).

Kemudian di tahun 2016 ekspor merambah juga ke Inggris dan Amerika. “Namun saat itu aktivitas ekspornya masih sedikit,” ucapnya.

Sampai kemudian di akhir tahun 2017 pihaknya didatangi Bea Cukai Tasikmalaya yang menawarkan fasilitas KITE IKM. “Awalnya bingung dan gak percaya, masa sih pajak dan bea masuknya jadi gratis,” ujarnya.

Setelah diyakinkan, akhirnya awal 2018 PT Tjiwulan Putra Mandiri mulai menggunakan fasilitas KITE IKM. “Sejak pakai KITE IKM itu perputaran ekspor-impor mulai kenceng. Bahkan, setelah 7 tahun menerima fasilitas KITE IKM, usaha pun semakin gacor,” ujarnya, sumringah.

Opik menjelaskan, sebelum menerima fasilitas KITE IKM ini, pihaknya menghadapi kendala dalam hal impor bahan baku kain. “Dulu belum tahu bagaimana proses impor bahan baku seperti apa. Jadi menggunakan pihak ketiga. Bayarnya mahal, keluar (barang, Red) nya lama,” ujarnya.

Ke sininya makin belajar dan mulai impor bahan baku sendiri, tetapi terkendala karena harus membayar bea masuk dan PPN. “Untungnya di tahun 2017 Bea Cukai Tasikmalaya menawarkan fasilitas KITE IKM ini, sehingga permasalahan impor bahan baku ini yang selama ini menjadi kendala, bisa teratasi,” ujarnya.

0 Komentar