Dua Tahun Berturut-turut, Teater 28 Unsil Jadi Juara 1 Lomba Monolog Tingkat Nasional di UNS

Lomba Monolog Tingkat Nasional
Annisa Esha Utami, anggota Teater 28 Universitas Siliwangi, menampilkan drama monolog ”Feng Ying” karya Bode Riswandi dalam Lomba Monolog Tingkat Nasional di Gedung Arena Taman Budaya, Jawa Tengah, 1 Juli 2024. (Istimewa for Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater 28 Universitas Siliwangi (Unsil), Annisa Esha Utami, berhasil meraih juara pertama dalam Lomba Monolog Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Artefac Universitas Sebelas Maret (UNS) pada 1 Juli 2024, di Gedung Arena Taman Budaya, Jawa Tengah.

Predikat Penyaji Terbaik 1 dalam kompetisi monolog antarperguruan tinggi se-Indonesia itu merupakan prestasi yang diraih dua kali berturut-turut oleh Teater 28.

Dalam kompetisi tersebut, aktor yang dikenal dengan nama Anisa Lengkah itu membawakan naskah ”Feng Ying” karya Bode Riswandi. 

Baca Juga:Lebih dari 200 Ribu CPD Beradu Bakat di PPDB Jabar 2024 Tahap IIRahasia Tersembunyi di Balik Perjuangan Tokoh Inspiratif dari Kota Tasikmalaya Kurniawan Menuju Kesuksesan

Bode Riswandi, sutradara Teater 28, mengungkapkan bahwa pada tahun ini Teater 28 kembali meraih gelar sebagai Penyaji Terbaik 1, sama seperti tahun 2023.

Di tahun ke-10 penyelenggaraan Artefac UNS, Anisa berhasil mengalahkan 19 peserta lainnya dan mempertahankan gelar juara yang telah diraih Teater 28 selama dua tahun terakhir. 

Teater 28 sendiri baru mengikuti lomba ini selama dua tahun, tetapi sudah berhasil meraih juara pertama di kedua kesempatan tersebut. ”Sekarang masih kita pertahankan gelarnya,” kata Bode, yang juga sebagai dosen Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Indonesia. 

Naskah ”Feng Ying” yang dibawakan oleh Anisa menceritakan tentang seorang perempuan keturunan Tionghoa yang menjadi korban tragedi kerusuhan tahun 1998. 

Dalam kerusuhan tersebut, ia dan keluarganya dianiaya meski tidak tahu-menahu tentang situasi politik saat itu. 

Cerita ini diangkat berdasarkan kisah nyata tentang seorang perempuan yang kehilangan orang tuanya setelah dianiaya, mengalami kekerasan seksual oleh demonstran, dan akhirnya harus meninggalkan Indonesia ke Amerika.

Bode menjelaskan bahwa untuk mempersiapkan peran ini, Anisa menjalani latihan intensif selama dua bulan. 

Baca Juga:Bubung Kurniawan, dari Jalan Kehutanan Kota Tasikmalaya ke Kancah Nasional, Kisah Inspiratif Sang AkuntanAkhmad Dimyati Selesaikan Pengiriman Berkas Bakal Calon Perseorangan untuk Pilkada Kota Banjar

Selain itu, Anisa juga melakukan observasi mendalam mengenai tragedi kerusuhan 1998 dan berusaha merasakan kegetiran masa tersebut.

Karakter utama dalam naskah ini kembali ke Indonesia pada usia 43 tahun setelah 20 tahun berada di Amerika. 

Ia mencoba kembali ke tanah kelahirannya meski mengetahui bahwa trauma masa lalu akan selalu menghantuinya. 

Bode menambahkan bahwa ini adalah upaya untuk menghidupkan kembali kenangan pahit namun tetap mempertahankan rasa cinta terhadap tanah air.

0 Komentar