BANJAR, RADARTASIK.ID – Kebersamaan antara Partai Golkar dan PDI Perjuangan di Kota Banjar nampaknya akan berakhir pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Masing-masing partai kemungkinan akan mengajukan calon wali kota (B1).
Seperti diketahui, Partai Golkar mengumpulkan 7 kursi parlemen pada Pilkada tahun ini.
5 Partai Politik di Kota Banjar Bermanuver, Lakukan Perubahan Ini
Batas minimal untuk pencalonan sendiri yakni 6 kursi DPRD. Atau sebanyak 20 persen dari total 30 kursi DPRD Kota Banjar.
Baca Juga:Retribusi Parkir Dadaha Diambil Alih UPTD Sejak Awal Tahun 2024Jangan Tunggu Rumit, Pengisian Jabatan Harus Tuntas Sebelum Pilkada Kota Tasik 2024
Partai Golkar pun kini sudah memiliki nama untuk didorong maju pada Pilkada 2024, yakni Dadang Ramdan Kalyubi. Bahkan ketua DPRD Kota Banjar ini sudah mengantongi tiket dari DPP.
Sedangkan PDI Perjuangan untuk tahun ini kemungkinan juga akan mengajukan nama untuk menjadi calon wali kota. Sebab, partai berlambang kepala banteng ini mengumpulkan 6 kursi parlemen.
Cincin Emas di Dua Jari Balita di Kota Banjar Sulit Dilepas, Petugas Damkar Turun Tangan
Pemerhati politik Sidik Firmadi mengatakan, tensi politik di Kota Banjar mulai meningkat. Itu dibuktikan dengan mulai muncul nama-nama tokoh yang dianggap atau digadang-gadang maju menjadi calon wali kota banjar.
Namun dari banyaknya tokoh yang akan maju tersebut, sepertinya masyarakat masih terfokus pada dua tokoh yang menjadi pimpinan dua partai besar, yaitu H Nana Suryana Ketua DPC PDIP Kota Banjar dan H Dadang Kalyubi Ketua DPD Partai Golkar Kota Banjar.
Menurut kabar yang beredar, kedua tokoh tersebut berpotensi pisah jalan atau dalam artian sama-sama akan maju sebagai calon wali kota banjar.
DPD PKS Kota Banjar Bersiap Hadapi Pilkada 2024, Mulai Siapkan Sosok untuk Calon Wali Kota dan Wakil
Baca Juga:Pemkot Tasikmalaya Dorong Gerakan Menanam Cabai untuk Kendalikan Inflasi dan Stabilkan Komoditas PanganPilkada Ciamis 2024 Bakal Banyak Kejutan, Herdiat Belum Tentu Terkuat
“Dalam politik tentunya semua kemungkinan bisa terjadi, karena politik itu sangat cair,” kata Sidik Firmadi.