”Suasana saat itu benar-benar kacau. Polisi hanya bertahan di polres. Tentara dan polisi berpakaian preman hanya fokus menjaga objek vital. Massa bergerak liar,” kenang Kang Tian, warga Kota Tasikmalaya.
Pria paruh baya itu mengisahkan bahwa dia sempat ditodong senjata laras panjang oleh TNi yang berjaga.
Kang Tian dikira penjarah. Sebab membawa dua karung berisi rokok dan alat tulis kantor.
Itu semua barang dagangan milik orang tuanya yang berupaya diselamatkan.
Baca Juga:Domba Jatuh dari Mobil, Pencuri Hewan Ternak Terciduk di Tasikmalaya, Inilah Kronologi Lengkap Menurut PolisiRayakan Momen Spesial dengan Gaya, Alhambra Hotel & Convention Siapkan Segalanya untuk Anda!
Ada dua kios orang tua Kang Tian di Cilembang. Satu warung nasi, satu lagi kios rokok. Lokasinya dekat pospol Cilembang yang saat itu sudah rusak dihancurkan massa.
Bagian atas kios sudah ada api. Jadi barang dagangan harus diselamatkan.
”Rokok dan alat tulis dagangan diamankan dua karung. Di Jalan Galunggung distop tentara bersenjata. Saya dan kakak ditodong senjata. Disuruh tiarap. Gemetar karena takut,” cerita kakek satu cucu ini.
Untungnya di dekat tempat itu ada telepon umum koin. Setelah menelepon ke rumah dan dikonfirmasi oleh TNI yang menghadang, akhirnya dibebaskan.
Kang Tian membenarkan sentimen anti-etnis saat kerusuhan. Hal yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Kata Kang Tian, masyarakat Tasik tidak anti-etnis. Buktinya saat kerusuhan ada 6 orang etnis tionghoa yang ikut sembunyi di rumah mertuanya.
”Selama 5 hari mereka rela tinggal di dekat kandang ayam. Mertua saya RT, menjaga mereka selama tinggal di rumah,” ujarnya.
Baca Juga:MAF Polbangtan Kementan Dorong Anak-Anak Muda Manfaatkan Teknologi Modern Dongkrak Produktivitas PertanianNelayan Karawang Deklarasikan Dukungan Penuh untuk Pasangan Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie di Pilgub Jabar 2024
”Jangan terjadi lagi, ngeri. Tak terbayang yang mengalami peristiwa kerusuhan anti-PKI. Ngeri lah,” tegas Kang Tian soal peristiwa tersebut.
FPT Merajut Perbedaan
Tasikmalaya, khususnya Kota Tasikmalaya ada jejak peristiwa kelabu.
Tentu ini jadi panduan bagi siapa saja yang tinggal di kota ini. Baik menetap atau datang karena tugas kerja.
Tetapi umumnya manusia. Terkena lupa. Apalagi yang tidak mau belajar sejarah. Jejak kelam itu terabaikan.
Faktanya masih terjadi juga letupan-letupan konflik. Celakanya pemicu masalah hal sensitif.
Pernah kejadian ada karyawan sebuah perusahaan otomotif izin Salat Asar saat rapat. Tapi tidak diindahkan.