Di Perum Melati Mas Kota Tasikmalaya, 67 Anak Menjaga Cahaya Al-qur’an Dari Madena Tahfizh

wisuda santri tahfizh Quran di Kota Tasikmalaya
Wisuda Akbar Madena Tahfizh Quran di Parhon Indihiang Kota Tasikmalaya. istimewa
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID — Pagi di Perum Melati Mas Parhon, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, Minggu 21 Desember 2025, terasa berbeda.

Lantunan ayat suci Al-Qur’an menggema dari satu sudut ke sudut lain.

Anak-anak dengan wajah polos dan mata berbinar duduk rapi, sebagian menggenggam mushaf, sebagian lain menanti giliran dipanggil.

Hari itu, 67 santri Madena Tahfizh Quran diwisuda.

Baca Juga:Jasa Usaha Sudah Tancap Gas, Retribusi Kota Tasikmalaya Masih Jalan Santai di 60 PersenParkir Tanpa Karcis di Kota Tasikmalaya Dievaluasi, Tarif Rp3.000 Masih Kalah Sama Rp2.000

Bukan sekadar seremonial, tetapi penanda perjalanan panjang menjaga hafalan dan harapan.

Bagi Ketua Yayasan Madena Tahfizh Quran, Asep Parhan, wisuda tahfizh ke-9 ini adalah buah dari keistiqomahan.

Ia menyebut, Madena Tahfizh berdiri dengan satu tekad: membuka jalan Al-Qur’an bagi siapa saja, terutama anak-anak yatim dan duafa.

“Di sini anak yatim dan duafa digratiskan penuh. Mereka dapat seragam, modul, Al-Qur’an. Tinggal datang dan menghafal. Mudah-mudahan hafalan mereka kelak menjadi syafaat bagi orang tuanya,” ujarnya lirih, namun penuh keyakinan.

Semangat itu terasa sejak rangkaian kegiatan dimulai.

Beberapa hari sebelum wisuda, ratusan anak bersama orang tua dan warga berkeliling kampung membawa irama marching band.

Syiar Al-Qur’an itu mengundang senyum, bahkan haru, dari warga yang menyaksikan.

“Sekitar 600 orang ikut terlibat. Anak-anak, orang tua, tetangga. Semua antusias. Al-Qur’an benar-benar hidup di lingkungan ini,” kata Asep.

Baca Juga:Relokasi UMKM atau Isolasi Dagang? Jalan HZ Mustofa Jadi Ujian Kebijakan di Kota TasikmalayaKang Sule Masuk Kampung Pramuka di Kota Tasikmalaya, Kata Diky Candra: Bukan APBD

Di Madena Tahfizh, usia bukan batas. Anak usia empat tahun belajar mengenal huruf dan mendengarkan ayat-ayat suci hingga melekat di ingatan.

Anak SD memperbaiki bacaan dan tajwid, remaja mendalami tafsir, sementara kelas ummi menjalani hafalan perlahan tapi istiqomah.

Ada yang sudah tujuh tahun berjalan, satu ayat demi satu ayat, tanpa lelah.

Malam harinya, puncak acara ditutup dengan tabligh akbar, penghargaan bagi santri terbaik, serta santunan anak yatim dan duafa.

Bagi para santri, panggung wisuda itu mungkin sederhana.

Namun di baliknya, tersimpan kerja keras, doa orang tua, dan air mata yang tak selalu terlihat.

Ketua MUI Kota Tasikmalaya, KH Aminudin Bustomi, menyebut wisuda ini sebagai tanda tumbuh suburnya rumah tahfizh di Kota Tasikmalaya.

0 Komentar