RADARTASIK.ID – Juventus akhirnya mengamankan tiga poin perdananya di Liga Champions musim ini.
Pada matchday kelima, di tengah gempuran salju tebal dan suhu beku di Aspmyra Stadion, Bianconeri tampil dengan keberanian ekstra untuk menaklukkan Bodo/Glimt 2-3.
Kemenangan itu bukan hanya menghidupkan peluang lolos, tetapi juga mengirim pesan jelas: Juventus tidak bisa hidup tanpa sentuhan magis Kenan Yildiz.
Baca Juga:Tim Serie A Kecanduan Formasi 3-5-2: Italia Tak Lagi Lahirkan pemain Seperti Totti dan BaggioSihir Gasperini yang Bawa AS Roma ke Puncak Klasemen: Sulap Pemain Buangan Jadi Andalan
Tim asuhan Luciano Spalletti datang ke Norwegia dengan tekanan besar setelah hanya meraih satu poin dari empat laga sebelumnya.
Namun, di tengah cuaca ekstrem dan tekanan tuan rumah yang bermain agresif, Juve menunjukkan perubahan wajah.
Gol perdana Openda untuk Juventus dan lesakan McKennie membalikkan keadaan setelah Blomberg membawa Bodo memimpin.
Ketika Fet menyamakan skor lewat penalti di menit ke-87, laga nyaris berakhir antiklimaks bagi Juventus. Hingga kemudian, Yildiz muncul.
Masuk sejak babak kedua, pemain muda asal Turki itu mengacak-acak pertahanan Bodo/Glimt dengan dribel, kecepatan, dan keberaniannya.
Dari aksinya, tercipta peluang yang diselesaikan David pada menit ke-91—gol yang memastikan tiga poin pertama Juventus di kompetisi ini musim 2025/26.
Dengan kemenangan ini, Bianconeri mengumpulkan enam poin dari lima laga.
KENAN YILDIZ, CAHAYA DI MALAM BEKU NORWEGIA
Di saat Openda mencetak gol pertamanya dan David kembali menggetarkan jala, nama Yildiz tetap berdiri sebagai pusat sorotan.
Baca Juga:Pesan Terakhir Legenda Manchester United yang Tak Bisa Hidup Tanpa Wanita: “Jangan Mati Seperti Saya"Bartesaghi Buat Penggemar AC Milan Tak Lagi Rindukan Theo Hernandez
Ia bukan sekadar pemain yang masuk sebagai super-sub; ia adalah penentu ritme, energi, dan nyali Juventus.
Dalam situasi ketika Vlahovic dan beberapa bintang lain tampak kesulitan membaca arah pertandingan, Yildiz hadir sebagai pengubah takdir.
Padahal, pemain 20 tahun itu baru saja melewati periode sulit. Setelah start musim yang impresif, performanya merosot dan ia sempat kehilangan tempat utama.
Spalletti memilih mencadangkannya sejak menit awal—keputusan yang, diakui Yildiz, membuatnya terkejut.
“Sebelum pertandingan, saya tidak tahu tidak akan bermain. Tapi itu keputusan pelatih,” ujarnya kepada Sky.
“Saya senang bisa membantu tim. Sayang gol Miretti dianulir, itu akan menjadi momen sempurna untuk kami,” lanjutnya.
