Soal Parkir Gratis Tanpa Karcis, Masyarakat Kota Tasikmalaya Luapkan Unek-Unek di Medsos Dishub

parkir gratis tanpa karcis kota tasikmalaya
Papan informasi tarif parkir tertancap di salah satu sudut jalanan Kota Tasikmalaya. (Firgiawan/radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Kebijakan baru soal tarif dan karcis parkir Dinas Perhubungan Kota Tasikmalaya menuai hujan kritik dari warganet. Unggahan sosialisasi di akun instagram Dishub dibanjiri komentar pedas.

Sebagai upaya sosialisasi, Dishub mengunggah penerapan kebijakan tarif dan karcis parkir melalui akun media sosialnya, termasuk Instagram dan Tiktok.

Unggahan tersebut banyak mendapat komentar dari warganet yang mengeluhkan berbagai persoalan parkir.

Komentar-komentar tersebut menjadi gambaran betapa kompleksnya persoalan parkir di lapangan.

Baca Juga:Sidang Keempat Kasus Endang Juta: Saksi Sebut Tumpukan Pasir Berada di Luar Lahan BerizinJalan Raya Ciamis-Kawali Ditutup Total Akibat Jembatan Cikaleho Ambruk Sebagian

Warganet menyoroti berbagai isu, mulai dari tarif yang tak sesuai, sulitnya mendapatkan karcis resmi dari juru parkir (jukir), hingga usulan ekstrem agar parkir dihapuskan saja.

Mayoritas keluhan netizen berpusat pada akuntabilitas di lapangan. Meskipun Dishub mewanti-wanti jukir untuk memberikan karcis sebelum memungut uang, praktik di lapangan masih jauh panggang dari api.

Akun @mbiif* mengeluhkan pengalaman di mana ia sudah membayar sesuai tarif, namun jukir enggan mengembalikan uang kembalian dan bahkan mengenakan tarif lebih mahal.

“Gimana mau minta karcis min, pas parkir aja gak diparkirin, malah parkir sendiri. Pas mau pulang aja baru prat prit prat prit, udah dikasih Rp 5.000 sesuai tarif tp, diminta Rp 6.000 padahal cuma parkir 1/2 jam kemudian dikasih Rp 5.000 tp gak dikembalian, dan itu tukang parkir pake baju oren loh,” tulisnya, menggambarkan praktik pungli (pungutan liar) yang masih merajalela.

Warganet lain, @sonysendjaja dan @imanrism, bahkan berkomentar sinis, “Sarua jeung ngajak gelut ka tukang parkir” (Sama saja dengan mengajak berkelahi ke tukang parkir)

“Mun tukang parkirna ngamuk ngajak gelut kumaha min??” (Kalau tukang parkir mengamuk dan mengajak berkelahi bagaimana, Min??).

Komentar ini mengindikasikan tingginya resistensi dan potensi konflik saat masyarakat mencoba menuntut karcis.

Baca Juga:Gubernur Jabar Tetap Larang Study Tour, Klaim Tak Berdampak ke PariwisataPemkot Tasikmalaya Lagi Bokek, Berharap Langit Cerah Sampai Akhir Tahun!

Kritik juga datang dari @egallzzzer yang meminta Dishub mempublikasikan bentuk “tiket legal” yang asli, sebab jukir ilegal pun saat ini sudah punya tiket (karcis) sendiri, menyulitkan masyarakat membedakan mana yang resmi dan mana yang bodong.

Tak hanya soal karcis, netizen juga mengkritisi penataan zona parkir yang amburadul dan membahayakan keselamatan lalu lintas.

0 Komentar