Sebelum hijrah ke Italia, Britschgi sempat dilatih oleh Mario Frick, mantan pemain Serie A yang pernah membela Arezzo, Verona, Ternana, dan Siena.
Dari Frick, ia belajar dasar permainan khas Italia: disiplin taktik, kecepatan berpikir, dan keseimbangan antara menyerang dan bertahan.
Britschgi sendiri mengidolakan Trent Alexander-Arnold dan Dani Alves, dua bek sayap modern yang berperan besar dalam menyerang.
Baca Juga:Daftar 8 Gelandang Incaran Juventus yang Diinginkan Spalletti: Dari Tonali hingga Bernardo SilvaLorenzo Torriani: Kiper Masa Depan AC Milan yang Tak Pernah Dipercaya Allegri
Ia nampaknya ingin menggabungkan visi permainan mereka dengan gaya khas Swiss yang efisien.
Menariknya, ia juga sempat berbicara dengan Ardon Jashari, rekan senegaranya yang kini bermain untuk AC Milan.
Keduanya sama-sama pernah membela Luzern dan berbagi mimpi untuk bersinar di Serie A musim ini.
Di luar lapangan, Britschgi tetap seorang remaja sederhana. Ia gemar menonton NBA dan sering menghabiskan waktu bermain video game dengan teman-temannya.
Setelah setiap pertandingan, ia selalu menyempatkan diri menelepon ibunya, sosok yang ia anggap sebagai pendukung terbesarnya.
Gol ke gawang Spezia pun ia persembahkan untuk sang ibu.
Dengan talenta dan kedewasaannya di usia muda, Sacha Britschgi kini mulai menapaki jalan menuju status bintang.
Jika terus berkembang, Parma bisa jadi sedang menyimpan berlian baru yang dalam waktu dekat akan bersinar di Serie A, atau bahkan di San Siro, bersama AC Milan yang kini mengawasinya dari jauh.
