RADARTASIK.ID – Di tengah derasnya arus dominasi kopi Arabika dan Robusta di pasar, potensi kopi Excelsa dari Wonosalam, Jombang, mulai menarik perhatian para pecinta kopi dunia.
Jenis kopi langka ini bukan sekadar minuman, tapi representasi sejarah, budaya, dan inovasi ekonomi lokal yang kini mulai menggeliat di tangan anak muda daerah.
Dilansir dari kanal Pecah Telur, kisah inspiratif ini datang dari Muhammad Sobari Karim, seorang pegiat kopi asal Dusun Sumber, Wonosalam, yang berani keluar dari bayang-bayang dua jenis kopi besar dengan membudidayakan Excelsa dan Liberica.
Baca Juga:Bocoran Samsung Galaxy S26, Desain dan Fitur Videonya Bikin Penasaran, Ini Tanggal Rilisnya!Terbaik! Vivo X Fold5 Jadi HP Lipat Premium dengan Daya Tahan Super dan Performa Gaming Kelas Atas
“Sebenarnya kita kurang tahu, cuman dari dulu tuh kopi spesies ini masih dianggap kita ngomongin mungkin dianggap sebelah mata,” ujar Karim saat berbagi pengalaman awalnya mengenal kopi Excelsa.
Kopi Excelsa dan Liberica sejatinya memiliki akar sejarah panjang yang berkaitan erat dengan sejarah kopi peninggalan Belanda.
Dulu, Belanda membawa spesies ini ke Indonesia sebagai alternatif ketika kopi Arabika terserang penyakit karat daun.
Setelah penjajah pergi, perkebunan tersebut dikelola oleh masyarakat lokal dan menjadi bagian dari tradisi warga Wonosalam hingga kini.
Karim menegaskan, keberadaan kopi ini tak hanya tentang bisnis, tetapi juga tentang menjaga warisan leluhur dan identitas daerah.
Di Wonosalam, hampir setiap rumah masih menyajikan kopi hitam khasnya sebagai bentuk keramahan lokal kepada tamu.
“Ketika sampean bertamu ke rumah-rumah orang-orang Wonosalam aku bisa mastiin sampean bakal disuguhi kopi hitam pakai gula. Tapi kopi itu pasti Excelsa atau Liberica,” ungkapnya.
Baca Juga:Airlangga Beberkan Strategi Besar Ekonomi Digital Indonesia, Nilainya Capai USD 110 Miliar!Selain Lebih Gagah, Vivo Y500 Bakal Tampil Lebih Stylish, Apa Saja Uogradenya?
Selain memiliki keunikan rasa kopi Excelsa Indonesia yang khas dengan aroma buah dan sedikit rasa rempah, proses pengolahannya pun tak kalah menarik.
Karim menggunakan metode mosto process, yaitu proses fermentasi kopi Excelsa secara alami yang menghasilkan cita rasa kompleks dan lembut.
“Dari situ kita coba nih kayaknya ini bakal menarik karena belum ada pendekatan di situ. Itu pertama. Ternyata di luar dugaan. Enak banget,” tuturnya.
Pendekatan ini bukan hanya soal teknik, tapi juga inovasi ekonomi berbasis budaya.