RADARTASIK.ID –Kemenangan 4-0 Inter Milan atas Union Saint-Gilloise mendapatkan pujian dari sosok legendaris, Fabio Capello.
Sang mantan pelatih AC Milan itu secara terbuka menyamakan dengan dirinya sendiri di masa awal karier kepelatihannya.
“Saya merasa Anda mengikuti jejak yang sama seperti ketika saya tiba di Milan. Mereka bilang Milan sudah tamat, tetapi yang saya lakukan hanyalah merasuki pikiran para pemain. Sama seperti Anda,” ujar Capello dalam siaran langsung TV Italia.
Ucapan itu bukan basa-basi biasa, apalagi melihat sejarah hubungan keduanya.
Baca Juga:Juventus Terpuruk karena Manajemen Gagal Dapatkan Pemain yang Diinginkan TudorHancurkan Ajax 5-1, Dua Pemain Chelsea Berebut Menjadi Pencetak Gol Termuda di Liga Champions
Saat masih melatih AS Roma, Capello dulu mendesak manajemen untuk mendatangkan Chivu muda dari Ajax.
Kini, lebih dari dua dekade kemudian, keduanya kembali “bertemu” lewat cermin perjalanan karier yang serupa.
Pada 1991, Fabio Capello diangkat menjadi pelatih AC Milan menggantikan Arrigo Sacchi, sebuah keputusan yang sempat diragukan publik.
Rossoneri saat itu tengah memasuki masa transisi setelah revolusi sepak bola menekan tinggi ala Sacchi mulai menguras energi tim.
Capello dianggap bukan sosok besar, bahkan disebut hanya “orang yang selalu setuju” dengan klub.
Namun hasil di lapangan berbicara lain. Capello membawa Milan menuju era keemasan baru, memenangkan empat gelar Serie A dan satu Liga Champions.
Padahal, sebelum promosi ke tim utama, ia hanya melatih tim muda Milan selama lima tahun.
Baca Juga:Di Canio dan Padovano Adu Mulut dalam Siaran Langsung usai Juventus Dikalahkan Real MadridTak Ada Jabatan yang Cocok, Galliani Sulit Kembali ke AC Milan
Kisah Chivu tak jauh berbeda. Setelah enam tahun membimbing tim akademi Inter Milan, mantan bek asal Rumania itu akhirnya naik ke kursi pelatih utama pada awal musim ini.
Sebelumnya, Chivu sempat menjadi asisten sementara dan hanya melatih tim sekelas Parma yang membuat banyak pihak ragu dengan pilihan klub.
Tapi hasil di lapangan mulai menunjukkan arah yang menjanjikan: tujuh kemenangan beruntun dan pertahanan yang belum kebobolan di Liga Champions.
Pujian Capello tak hanya soal taktik, tapi juga soal cara Chivu mengatur pemain di ruang ganti.
Ia tahu betul bahwa kekuatan terbesar seorang pelatih bukan sekadar formasi, tapi cara “menyentuh kepala dan hati” para pemain.
