RADARTASIK.ID – Laga AC Milan kontra Napoli akhir pekan ini bukan sekadar duel dua tim papan atas Serie A, melainkan juga panggung reuni panas antara dua pelatih besar: Massimiliano Allegri dan Antonio Conte.
Pertemuan ini sarat dengan sejarah, dendam lama, dan intrik taktik yang akan menjadi sorotan utama di San Siro.
Kisah rivalitas Allegri dan Conte tak bisa dilepaskan dari musim 2011/12 silam. Pada periode itu, Milan dan Juventus bersaing ketat memperebutkan Scudetto.
Baca Juga:Ledek Lautaro Martinez, Chivu Suruh Penggemar Inter Pergi ke Markas Latihan AC MilanKebahagiaan Tak Datang dari Layar Ponsel, Bintang Baru Inter Milan Pilih Tak Punya Media Sosial
Namun, yang paling diingat tentu gol “hantu” Sulley Muntari yang dianulir wasit meski bola sudah jelas melewati garis.
Keputusan kontroversial itu menjadi salah satu titik balik yang membuat Juventus asuhan Conte melaju hingga akhirnya merebut gelar, sementara posisi Allegri di Milan mulai goyah.
Sejak saat itu, rekor pertemuan keduanya lebih sering berpihak pada Conte.
Dalam tujuh pertemuan langsung, Allegri hanya meraih satu kemenangan—saat masih menukangi Cagliari melawan Atalanta asuhan Conte.
Bersama Milan, Allegri hanya bisa menahan imbang Juventus dua kali. Bahkan kemenangan 1-0 di San Siro musim 2012/13—berkat penalti Robinho—diraih ketika Conte sedang menjalani hukuman larangan mendampingi tim akibat kasus pengaturan skor.
Pertemuan terakhir mereka sebagai lawan terjadi pada 6 Oktober 2013, ketika Juventus menundukkan Milan 3-2.
Menariknya, usai kekalahan itu, tak lama berselang, Allegri kehilangan jabatannya di San Siro.
Baca Juga:Daftar Tiga Pemain Incaran Comolli untuk Perkuat Lini Tengah Juventus: Ada Mantan Kapten AC MilanRahasia Allegri Bangkitkan AC Milan: Gunakan Lagi Aturan Old School Berlusconi
Kini, 12 tahun kemudian, ia kembali ke Milan dengan misi menegaskan bahwa ceritanya melawan Conte belum berakhir.
Namun, Napoli bukan satu-satunya ujian berat Milan. Setelah laga ini, Rossoneri akan bertandang ke Turin untuk menghadapi Juventus.
Bianconeri asuhan Igor Tudor belum terkalahkan dalam empat laga awal Serie A, tetapi performa mereka masih jauh dari kata stabil.
Dua kemenangan awal melawan Parma dan Genoa memberi harapan, namun partai berikutnya justru menyingkap kelemahan.
Hasil 4-3 melawan Inter memperlihatkan Juve bisa tampil eksplosif di depan, namun rapuh dalam transisi bertahan.
Skor 4-4 melawan Borussia Dortmund di Liga Champions semakin menegaskan masalah yang sama.