TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Pada akhir pekan, sejumlah titik di Kota Tasikmalaya selalu berubah jadi pasar dadakan.
Mulai dari jalur dua Cikurubuk, Jalan HZ Mustofa, Alun-Alun Citapen, Jalan Baru Lingkar Utara, hingga kompleks Dadaha.
Namun, tempat-tempat lain hanya seminggu sekali jadi pasar tumpah PKL. Lain dengan Dadaha yang setiap hari ditempati PKL.
Pada akhir pekan kondisinya biasanya sangat padat. Bahkan kerap macet.
Seperti pada hari Minggu (7/9/2025) pagi kemarin,
Baca Juga:Antisipasi Situasi Keamanan, Sekolah Madrasah Belajar Daring Selama 2 HariFix! Empat Anggota DPR RI Ini Dicopot Mulai Hari Ini: Uya Kuya, Nafa Urbach, Eko Patrio dan Ahmad Sahroni
Pengunjung dan pedagang kaki lima sama-sama tumpah ruah di setiap sudut. Mulai jalanan utama sampai halaman gedung olahraga dan taman.
Trotoar yang semestinya untuk pejalan kaki juga dipenuhi lapak dagangan. Pengunjung tak bisa berjalan di trotoar. Mereka harus menyusuri bahu jalan.
Di bahu jalan juga ada beberapa kendaraan roda dua terparkir. Entah milik pembeli atau pedagang.
Sementara kondisi lalulintas juga padat. Macet. Pejalan kaki nyaris tak punya ruang nyaman untuk beraktivitas.
Rahmat (39), warga Indihiang, mengaku jam tertentu di akhir pekan, membuat malas untuk berolahraga di Dadaha.
“Kalau Minggu pagi, pedagang lebih banyak daripada orang olahraga. Jadi tidak nyaman. Padahal dulu Dadaha jadi tujuan utama jogging,” keluhnya.
Hal serupa disampaikan Linda Amizah (34), warga Kawalu, yang rutin mengajak anaknya bersepeda di Dadaha.
Baca Juga:MBG di Tasikmalaya Terus-terusan Gaduh, Ini Peran Penting Pemerintah Daerah Menurut BGNDLH Kota Tasikmalaya Gencarkan Patroli TPS Liar, Ajak Warga Sadar Membuang Sampah!
“Jalannya penuh pedagang dan kendaraan. Anak jadi kurang leluasa. Kami berharap ada penataan supaya olahraga tetap nyaman, rekreasi keluarga juga aman, pedagang tetap bisa jualan,” ujarnya.
Meski begitu, sebagian warga menilai keberadaan PKL ikut menggerakkan ekonomi. Ani (42), pedagang minuman, mengaku bergantung pada keramaian Dadaha.
“Kalau weekend lumayan ramai. Kami tidak ingin mengganggu, asal pemerintah bisa mengatur tempat jualan supaya tertib,” katanya.
Ketua RW 01 Cintarasa Tawang, Harniawan, menegaskan perlunya ketegasan dari pemerintah dalam pengaturan PKL Dadaha.
“Awalnya Alun-Alun Dadaha steril. Karena tidak ada ketegasan, pedagang menjamur. Sehingga shelter yang disediakan pemerintah ya sepi. Mereka merasa terlindungi karena sudah ada iuran ke pihak tertentu. Kami sebagai warga ingin Dadaha jadi destinasi olahraga dan rekreasi, bukan pasar malam,” tegasnya.