Publik Kota Tasikmalaya Ingin Dadaha Dijadikan Kompleks Olahraga Seutuhnya

Dadaha
Gerobak para pedagang di kawasan Dadaha. Rabu 27 Agustus 2025. (Firgiawan/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Kompleks Sport Center Dadaha yang sejak lama menjadi destinasi olahraga dan ruang rekreasi publik, kini menghadapi persoalan klasik. Wajahnya kian semrawut oleh menjamurnya pedagang kaki lima (PKL).

Bak peribahasa ada gula ada semut. Semakin lokasi itu dibenahi, ekses gangguan ketertiban kian melonjak. Tantangan kota menuju maju dengan fenomena urban yang turut menyertai.

Di tengah geliat pembangunan sarana olahraga yang sudah rampung dibenahi, alun-alun yang disuntik miliaran rupiah sehingga kondisinya kian pangling, justru muncul problem baru.

Baca Juga:DLH Kota Tasikmalaya Gencarkan Patroli TPS Liar, Ajak Warga Sadar Membuang Sampah!Ratusan Sekolah Penerima BOS Kinerja di Priangan Timur Jadi Prioritas Pembelajaran Coding dan AI

Dimana, pedestrian dipenuhi gerobak, jalan utama tergerus aksesnya oleh parkir dan lapakan pedagang.

Pantauan Radar, deretan gerobak jajanan atau camilan, memenuhi jalur pedestrian di sepanjang ruas utama Dadaha. Praktis, pejalan kaki kesulitan melintas.

Tak jarang warga terpaksa turun ke badan jalan, sementara kendaraan roda dua dan empat berdesakan di ruas utama. Suasana ini membuat area yang semestinya tertata nyaman, malah terkesan semrawut.

“Kalau untuk beli jajanan sih enak, dekat dan banyak pilihan. Tapi ya jadi bikin macet, apalagi pas sore rame banget. Trotoarnya juga sudah penuh sama gerobak,” ungkap Desy Widiastuti (32), warga Indihiang yang rutin berolahraga di Dadaha.

Senada, Rina Marliana (48), pengunjung asal Cihideung menuturkan sudah saatnya Dadaha berbenah.

“Kita ingin bahagia di Dadaha, berolahraga atau jalan santai bareng keluarga. Tapi kalau suasana masih sumpek begini, kesannya jadi kumuh. Padahal fasilitas sudah bagus, lapangan, jogging track, dan lainnya sudah dibangun. Tinggal penataan PKL yang jadi persoalan,” ujarnya.

Namun di sisi lain, para pedagang kaki lima pun memiliki alasan.

Baca Juga:Ini Pesan Mendalam H Azies Rismaya Mahpud bagi Wali Kota Tasikmalaya!Di Kabupaten Garut, Mentor untuk Pembelajarna Koding dan AI Dibiayai Secara “Rereongan”

“Kami cari nafkah di sini, karena ramai pengunjung. Kalau pindah ke tempat yang sepi, siapa yang mau beli? Kami siap ikut aturan, asal ada solusi jelas. Jangan sampai dilarang tapi tidak ada tempat alternatif,” kata Supriatna (44), pedagang makanan yang sudah beberapa bulan berjualan di sana.

Dorongan untuk mengembalikan fungsi Dadaha sebagai ruang olahraga dan rekreasi keluarga kini semakin kuat. Banyak pihak berharap, pemerintah bisa mengambil langkah win-win solution, mempercantik wajah Dadaha tanpa menyingkirkan sumber nafkah para pedagang. Karena pada akhirnya, warga ingin tetap bisa ‘Bahagia di Dadaha’ menikmati fasilitas olahraga dan suasana nyaman, sekaligus mendukung geliat ekonomi masyarakat dengan tata kelola yang lebih rapi.

0 Komentar