TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Mencintai diri bukan berarti narsistik. Mencintai diri merupakan cara untuk bisa mengenali diri sendiri. Itu pula yang diperlukan sebagai fondasi utama dalam eksplorasi diri menjadi lebih baik.
”Self-love” penting karena ada kecenderungan kita tanpa sadar menuntut diri terlalu tinggi. Akibatnya, pekerjaan dan aktivitas dalam kehidupan kita tidak optimal, termasuk dalam relasi dengan orang lain.
ARMYouth, komunitas yang merupakan penggemar Bangtan Sonyeondan atau BTS, boy group asal Korea Selatan, membuka sesi diskusi dengan membedah makna lagu ‘Answer: Love Myself’ sebagai obat penyembuh rasa luka tidak memihak atau mencintai diri sendiri.
Baca Juga:Kota Tasikmalaya dan Dua Daerah Lain Belum KLA, Pemprov Jabar Gagal Raih Penghargaan Provila dari KemenPPABupati Pangandaran Lepas Mahasiswa KKN STH Galunggung ke Lima Desa di Kecamatan Parigi
Naza Fitri, Ketua Putik Perempuan Indonesia membedah makna lirik lagu itu sesuai dengan tema diskusi “menjaga mental health melalui musik”, bersama belasan Army —sebutan untuk para penggemar BTS— di ruang pertemuan khusus di Gyumbox Tasikmalaya, pada Minggu (3/8/2025) lalu.
‘Deo eolyeoun ge na jasin-eul salanghaneun geoya’ yang berarti lebih sulit mencintai diri sendiri dibandingkan mencintai hal lain, tersirat dalam sepenggal lirik lagu itu.
“Hidup ini sekali dan harus dinikmati. hari ini aku, besok adalah aku, tanpa terkecuali semuanya adalah aku!” Kata Naza membuka diskusi.
“Aku harus mencintai diriku sendiri,” imbuhnya.
Berulang kali lagu yang ditembangkan tujuh pria: Kim Namjoon (RM), Kim Seokjin (Jin), Min Yoongi (Suga), Jung Hoseok (J-Hope), Park Jimin, Kim Taehyung (V), Jeon Jungkook, didalami. Tak sukar belasan Army itu saling memeluk satu sama lain hingga meneteskan air mata. Sesi ini tampak seperti terapi dengan lagu.
“You’ve shown me I have reasons. I should love myself (Kau telah menunjukkan padaku bahwa aku punya alasan. Aku harus mencintai diriku sendiri),” begitu lirik yang dinyanyikan para Army.
Neli, perwakilan Armyouth menjelaskan mereka biasanya menggelar event Noraebang atau karaoke. Namun, berdiskusi hingga bedah lagu ini menjadi warna baru.
“Kita ada kegiatan sehari-hari masing-masing, kita butuh satu tempat mengeluarkan cerita. Kita pengen buat event dengan psikolog cuman belum menemukan aksesnya. Akhirnya bertemu teh Naza, cewek itu harus ada mengelurkan sekian ribu kata untuk jadi waras,” katanya.