Tahun Ajaran Baru, SMK Yasira Ciamis Hanya Dapat Satu Siswa: Kebijakan Pemprov Jabar Dirasakan Sekolah Swasta

Smk yasira ciamis
Siswa kelas XII SMK Yasira sedang belajar menjahit, Selasa 23 Juli 2025. (Fatkhur Rizqi/Radartasik.id)
0 Komentar

CIAMIS, RADARTASIK.ID – Kebijakan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025 yang diterapkan oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berdampak serius pada sekolah swasta di Kabupaten Ciamis.

Salah satu dampaknya terlihat dari minimnya jumlah pendaftar di SMK Yasira Cijeungjing, yang hingga kini baru menerima satu siswa. Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui program Pencegahan Anak Putus Sekolah (PAPS), termasuk penambahan kuota hingga 50 siswa per rombongan belajar dan penunjukan sekolah penyangga, dinilai memperburuk kondisi penerimaan siswa di sekolah swasta.

Guru Produktif Menjahit SMK Yasira, Mukhlisin mengaku kebijakan memperbolehkan sekolah negeri per rombel sampai 50 orang membuat SMK Yasira baru menerima satu siswa.

Baca Juga:Fauzian Faikal Siap Bawa Nafwa FC Salawu Gemilang di Festival Grassroots Tasik Raya Cup 3Anggota DPRD Jabar Arip Rachman Sosialisasikan Perda Pedoman Pelayanan Kepemudaan: Dorong Optimalisasi Pemuda

“Memang pengaruh kebijakan PAPS dan sekolah penyangga untuk sekolah negeri ke SMK Yasira sangat terasa. Sebab siswa baru kelas X baru satu siswa,” kata pria yang sudah mengajar sejak tahun 2022, Selasa (22/7/2025).

Kata dia, jika ditotalkan SMK Yasira hanya memiliki 18 siswa. Dari kelas X satu orang, Kelas XI 9 orang, dan kelas XII 8 orang. Padahal sudah melakukan berbagai promosi, seperti memberikan baju seragam dan tidak memungut uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP).

“Kita sudah melakukan upaya, agar SMK Yasira menjadi pilihan. Memang saat ini kualitas diutamakan, seperti lulusan di sini bisa menjahit baju atau seragam,” ujarnya.

Maka dari itu, kata dia, walaupun siswa masih 18 orang, akan tetapi dirinya tetap memberikan pembelajaran yang optimal. Sebab ada targetnya kepada siswa SMK Yasira setelah lulus bisa membuat baju sendiri.

“Oleh karenanya, sejak pertama masuk ke SMK Yasira siswanya mengenal mesin jahit, mengukur badan, bikin pola bahan, sampai bisa menjahit baju,” katanya, menjelaskan.

Menurutnya, para siswa tidak mengeluhkan dengan kondisi jumlah murid saat ini. Mereka menyebut berapa pun jumlah siswanya sama saja. Justru dengan kondisi hari ini bisa lebih fokus dan membuktikan lulusannya mempunyai kualitas. “Karena memang SMK Yasira dikenal sebagai tata busananya di Kabupaten Ciamis,” ujarnya.

Siswa Kelas XII, Safira masuk ke SMK Yasira karena terinspirasi oleh kakak kelasnya yang bisa membuat baju sendiri. “Alhamdulillah saat ini sudah bisa membuat baju sendiri. Kalau sedang tidak halangan dua hingga tiga hari jadi bajunya,” ujarnya. (riz)

0 Komentar