Banyak Ibu Menjadi "Ayah" di Kota Tasikmalaya, Sebagian Hidup di Bawah Garis Kemiskinan

perempuan kepala keluarga
gambar ilustrasi: AI Bing
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Di tengah tekanan ekonomi dan tuntutan hidup, sejumlah perempuan di Kota Tasikmalaya terpaksa mengambil peran ganda.

Sebagai tulang punggung ekonomi sekaligus kepala keluarga.

Fenomena ini semakin menegaskan bahwa kontruksi sosial yang menempatkan perempuan hanya di ranah domestik kian usang.

Stigma bahwa perempuan seharusnya hanya merawat anak dan mengurus rumah tangga perlahan dipatahkan oleh realitas.

Baca Juga:Membanggakan! Enam Siswa MAN 1 Tasikmalaya Lolos ke Universitas Al-Azhar KairoPolisi Sayangkan EO Konser Ruang Bermusik di Kota Tasikmalaya Telat Urus Izin

Kini, makin banyak perempuan yang menjadi pencari nafkah utama, bahkan pengambil keputusan dalam keluarga.

Namun sayangnya, keberadaan mereka sebagai perempuan kepala keluarga (Pekka) masih belum mendapatkan penguatan secara hukum dan perlindungan sosial yang memadai.

Meski keberadaan mereka sudah menjadi hal yang lumrah, publik tetap menaruh keprihatinan mendalam.

Di balik kemandirian dan daya juang para Pekka, mereka masih harus berhadapan dengan kemiskinan struktural, ketimpangan gender, dan ancaman kekerasan dalam berbagai bentuk.

Pemerintah pun diharapkan bisa lebih responsif dan peduli terhadap kondisi ini.

Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kota Tasikmalaya, Lusi Rosdianti MPd, menjelaskan bahwa perempuan kepala keluarga adalah mereka yang bertanggung jawab penuh atas keberlangsungan hidup keluarga.

Mulai dari mencari nafkah, mengelola rumah tangga, hingga mengambil keputusan strategis.

Baca Juga:Konser Musik di Kota Tasikmalaya Terancam Batal: Tokoh Ini Sebut Ada Tiga Kelemahan Prosedur!18 Tim Bola Voli Putri Kota dan Kabupaten Tasikmalaya Beradu Skill di Taruna Mandiri Cup I

“Saat ini Pekka di Kota Tasikmalaya tersebar di 10 kecamatan dan di 22 kelurahan dengan beranggotakan 714 orang,” terang Lusi kepada Radar, Kamis (17/7/2025).

Menurutnya, mayoritas Pekka berusia antara 20 hingga 60 tahun. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, namun sebagian besar hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit.

Riset Pekka yang dilakukan pada tahun 2009 dan masih dijadikan rujukan, menyebutkan bahwa sekitar 55% perempuan kepala keluarga hidup di bawah garis kemiskinan.

Bahkan banyak dari mereka yang tidak mendapatkan akses terhadap jaminan kesehatan seperti Jamkesmas maupun bantuan langsung tunai (BLT).

Dalam upaya memberdayakan para Pekka, DPPKBP3A Kota Tasikmalaya membentuk 51 kelompok binaan.

Program ini bertujuan mengubah citra Pekka masa lalu yang identik dengan kemiskinan, keterasingan, diskriminasi, dan trauma, menjadi sosok Pekka masa depan yang sejahtera, dihormati, dan memiliki akses luas terhadap layanan publik.

0 Komentar