RADARTASIK.ID — Di wilayah Indonesia, belakangan ini udara di Tasikmalaya lebih dingin dari biasanya.
Terjadi anomali udara dingin di wilayah Indonesia, termasuk di Tasikmalaya.
Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) penyebab anomali udara dingin di wilayah Indonesia belakangan ini karena ada udara kering dari Australia.
Nah, hal itu membuat udara malam hari lebih dingin dan lebih terasa oleh masyarakat di wilayah selatan garis Khatulistiwa.
Demikian dikatakan Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan.
Baca Juga:Analisa Performa Para Pemain Baru Persib Bandung Saat Lawan Port FC, Bung Binder: Full Skil dan MenjanjikanBojan Hodak Sedih Tahu Achmad Jufriyanto Patah Tulang Rusuk, Akankah Persib Datangkan Bek Baru?
Menurut Ardhasena Sopaheluwakan, hawa dingin yang sekarang terasa akan lebih didominasi kejadian di selatan Khatulistiwa, khususnya saudara-saudara di pulau Jawa, Jawa Tengah, Jawa Timur.
“Itu karena udara kering yang dari Australia itu, monsun Australia-nya sifatnya lebih kering,” kata Ardhasena saat konferensi pers secara daring pada Senin, 6 Juli 2025 dikutip dari disway.id.
Ardhasena Sopaheluwakan juga menjelaskan fenomena Aphelion. Sebuah momen saat Bumi ‘berjauhan’ sejenak dari pusat tata surya.
Menurutnya, fenomena Aphelion dan anomali udara dingin belakangan ini timingnya kebetulan sama.
Namun, kata Ardhasena, udara dingin yang terjadi belakangan ini tidak berkaitan dengan fenomena Aphelion.
“Jika memang dia yang menyebabkan suhu dingin, kan mestinya terjadi di seluruh wilayah bumi, tetapi kan tidak demikian,” ujarnya menjelaskan.
Menurutnya, suhu terasa lebih dingin, khususnya malam sifat musiman. “Karakteristiknya khas terjadi,” ujarnya.
Baca Juga:Bobotoh Terbelah Soal Target Persib di Piala Presiden 2025, Apalagi Setelah 2 Pemain Mengalami CederaPatah Tulang Rusuk, Ini Update Kondisi Terbaru Kapten Persib Achmad Jufriyanto Menurut Tim Medis
Dia juga memaparkan tak hanya fenomena udara lebih dingin, namun cuaca ekstrem juga muncul belakangan ini.
Anomali Cuaca Ekstrem Sejak Mei Hingga Oktober 2025
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menyampaikan bahwa anomali cuaca ekstrem telah berlangsung sejak Mei 2025 dan diperkirakan akan terus terjadi hingga Oktober mendatang.
Ia menjelaskan bahwa selama periode musim kemarau ini, curah hujan justru akan berada di atas normal.
“Ini artinya selama musim kemarau, sesuai yang kami prakirakan sebelumnya, akan mengalami curah hujan di atas normal yang harusnya terjadi di musim kemarau atau cenderung ke arah kemarau basah,” kata Dwikorita Karnawati.
Kondisi ini menunjukkan bahwa wilayah Indonesia tengah mengalami kemarau basah, sebagaimana yang telah diprakirakan sebelumnya oleh BMKG.