CIAMIS, RADARTASIK.ID – Petani di Dusun Cikole Kulon, Desa Cijulang, Kecamatan Cihaurbeuti, sebuah inisiatif pertanian organik telah membawa perubahan besar dalam kehidupan para petani lokal, khususnya dalam hal penanaman padi.
Beberapa waktu lalu, petani setempat menghadapi kesulitan karena hasil pertanian padi non-organik yang tidak menguntungkan. Banyak petani yang mengalami kerugian dan akhirnya memilih untuk menjual lahan sawah mereka.
H Syamsul Romli, Ketua Kelompok Tani Mekar 4, menjelaskan bahwa awalnya banyak petani merasa khawatir pendapatan mereka akan terus menurun, bahkan ada yang terpaksa menjual tanah mereka kepada orang luar.
Baca Juga:Fauzian Faikal Siap Bawa Nafwa FC Salawu Gemilang di Festival Grassroots Tasik Raya Cup 3Anggota DPRD Jabar Arip Rachman Sosialisasikan Perda Pedoman Pelayanan Kepemudaan: Dorong Optimalisasi Pemuda
Setelah mendalami permasalahan, Romli menemukan bahwa pendapatan petani hanya berasal dari hasil panen yang mencapai 5-6 kwintal per hektare, sementara modal produksi sawah mencapai sekitar Rp 1,5 juta.
“Harga padi yang hanya Rp 600 ribu per kwintal membuat petani kesulitan menutupi biaya produksi, sehingga keuntungan yang diperoleh hanya sekitar Rp 1,7 juta per musim panen, yang terbagi dalam empat bulan,” ujarnya kepada Radar, Minggu 6 Juli 2025.
Dengan pendapatan yang sangat terbatas tersebut, banyak petani mulai meninggalkan dunia pertanian karena tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, apalagi dengan biaya pendidikan anak-anak dan kebutuhan lainnya.
Melihat kondisi tersebut, pada tahun 2019, Romli memutuskan untuk mencoba beralih ke pertanian padi organik, yang terbukti menghasilkan peningkatan hasil yang signifikan.
Pada awalnya, Romli hanya menanam padi organik di atas lahan seluas 5 hektare, namun pada tahun 2020, luas lahan bertambah menjadi lebih dari 7 hektare, dan kini telah mencapai hampir 12 hektare.
Sistem pertanian organik ini, lanjut Romli, kini mulai diadopsi oleh petani lain di sekitar Dusun Cikole Kulon, berkat dukungan dari Kelompok Tani Mekar 4. Salah satu keunggulan pertanian organik adalah masa panen yang dua kali dalam setahun dan rendahnya serangan hama, kecuali tikus yang masih menjadi kendala.
Selain itu, biaya produksi juga lebih rendah. Biaya yang sebelumnya mencapai Rp 1,5 juta untuk pertanian padi non-organik, kini hanya Rp 800 ribu berkat penggunaan pupuk organik dari kotoran hewan dan pupuk organik cair (POC).