BANDUNG, RADARTASIK.ID – Klinik Utama Lineation Centre Aesthetic & Health Care di kawasan Sukawarna, Kota Bandung, menggelar sesi terapi holistik gratis untuk masyarakat umum.
Sesi tersebut dipandu oleh dr Dhavid Avandijaya Wartono, seorang dokter yang memperkenalkan pendekatan terapi bernama Body Communication Resonance (BCR).
Yang menarik perhatian adalah metode pengukuran yang digunakan untuk mengevaluasi dampak terapi ini. Sebelum dan sesudah sesi, peserta menjalani pemeriksaan menggunakan electroencephalogram (EEG) untuk melihat perubahan aktivitas gelombang otak.
Baca Juga:Anggaran Minim, Dinas PUTRLH Kabupaten Tasikmalaya Tetap Laksanakan Perbaikan JalanFKDM Era Baru Dikukuhkan Bupati Tasikmalaya Cecep Nurul Yakin: Siap Wujudkan Kewaspadaan Dini Masyarakat
Data dari sesi ini diklaim menunjukkan pergeseran frekuensi otak ke tingkat lebih rendah yang dalam literatur neurologi dikaitkan dengan relaksasi mendalam.
Menurut dr Dhavid, pendekatan ini lahir dari riset pribadi selama dua tahun dan penggabungan pengetahuan dari berbagai praktik penyembuhan berbasis energi yang ia pelajari selama delapan tahun terakhir. Ia mengaku ingin mematahkan anggapan bahwa terapi energi semata subjektif.
“Saya ingin membuktikan bahwa ada perubahan nyata di otak. Itu sebabnya saya mulai merekam data EEG,” ujarnya dalam sesi wawancara singkat.
Sesi terapi ini berlangsung pada 10 Juni 2025, dan terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya. Beberapa peserta yang hadir mengaku merasakan dampak langsung dari sesi BCR, mulai dari perasaan lebih tenang hingga kondisi tubuh yang lebih ringan.
Namun, belum ada publikasi ilmiah peer-reviewed terkait metode ini, sehingga klaim efektivitasnya belum dapat divalidasi secara luas dalam komunitas medis.
Samuel Adi Nugroho, salah satu peserta yang juga mengaku sebagai praktisi BCR, menyebut metode ini efisien karena “tidak perlu banyak bicara, cukup melalui sentuhan.”
Sementara itu, Dewi Purboratih, seorang pelatih kesadaran dan pengasuhan, mengatakan bahwa metode ini cukup aplikatif bahkan untuk anak-anak. Namun, seperti terapi alternatif lainnya, penggunaannya tetap membutuhkan kehati-hatian dan evaluasi profesional, terutama untuk kelompok rentan.
Baca Juga:Bintang Muda Indonesia Dorong Yudhi Adi Rahmatillah Menjadi Ketua KNPI Kabupaten TasikmalayaWakil Bupati Tasikmalaya Asep Sopari Al Ayubi Temui Orang Tua Bayi Kembar Siam: Alhamdulillah Operasi Sukses
Fenomena terapi berbasis kesadaran tubuh dan energi bukan hal baru di Indonesia. Sejumlah pendekatan serupa telah berkembang, meskipun masih banyak mendapat tantangan dalam hal legitimasi ilmiah dan bukti efektivitas.
Praktik semacam ini terus memicu perdebatan antara perspektif spiritual, empirik, dan medis. Namun satu hal yang pasti: masyarakat tampaknya semakin terbuka terhadap pendekatan-pendekatan penyembuhan yang bersifat komplementer, terutama di tengah krisis kesehatan mental yang meluas.