PAUD IT Ihya As-Sunnah Gelar Bazar, Siswa Belajar Literasi Finansial Sejak Dini 

PAMERAN
Wali Kota Tasikmalaya, Viman Alfarizi Ramadhan dan istri saat melihat hasil karya siswa dalam acara pameran hasil karya dan bazar PAUD IT Ihya As-Sunnah, Sabtu (14/6/2025).
0 Komentar

Menurut Viman, interaksi sosial yang terjadi dalam kegiatan seperti ini berperan besar dalam membangun tiga pilar utama kecerdasan anak, yakni pengendalian diri, pengambilan keputusan, dan pengelolaan emosi.

Anak-anak yang berani menawarkan dagangan, menata karyanya, dan berinteraksi dengan pembeli, menurutnya, sedang ditempa menjadi pribadi yang percaya diri, mandiri dan kolaboratif.

Ia pun menekankan bahwa kegiatan ini bukan hanya pembelajaran ekonomi, tetapi juga pembelajaran sosial yang sangat bernilai.

Baca Juga:Perluas Layanan Tri di Priangan Timur, Indosat Resmikan 3Store TasikmalayaTelkomsel Salurkan Hewan Kurban ke-40 Lebih Titik, Sambungkan Senyuman di Momen Iduladha 

Lebih lanjut, Viman menegaskan bahwa bazar bukan hanya tentang transaksi jual beli, melainkan bagian dari literasi finansial sejak dini. Ia merujuk pada riset Organisation for Economic co-Operation and Development (OECD) yang menyatakan bahwa pengenalan konsep keuangan sederhana sejak dini berdampak positif pada kecakapan finansial di masa dewasa.

“Mereka mengenal pentingnya bekerja, menata, dan bersikap jujur dalam transaksi. Semua nilai itu merupakan bagian penting dari prinsip ekonomi Islam, di mana jual beli tidak hanya urusan materi, tetapi juga etika, kejujuran dan keberkahan,” ujarnya.

Viman juga melihat kontribusi ekonomi mikro dari kegiatan ini karena mendorong perputaran uang, keterlibatan orang tua, pelaku UMKM kecil, dan vendor makanan. Ia menyebut hal ini sebagai bentuk nyata penerapan prinsip good data, good decision, dan good result.

Ia juga menegaskan bahwa pendidikan anak usia dini tidak hanya berfokus pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, tetapi juga membentuk pribadi yang utuh, cerdas kognitif, kuat mental, lembut sosial, dan lurus secara spiritual.

“Semoga kegiatan ini terus menjadi tradisi yang hidup, yang mendidik anak-anak bukan hanya dengan lisan, tapi dengan keteladanan, pembiasaan, dan pengalaman nyata,” pungkasnya. (Fitriah Widayanti)

0 Komentar