TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Tasikmalaya sepatutnya dipimpin oleh figur yang memiliki keteladanan. Jangan sampai ditumpangi kepentingan kelompok yang akan merugikan para guru.
Dalam sistem demokrasi, kualitas pemimpin ditentukan oleh para pemegang hak pilih. Termasuk dalam pemilihan Ketua PGRI yang ditentukan melalui Konferensi Kota (Konferkot) para guru yang sudah mulai berlangsung.
Akademisi dari Institut Agama Islam (IAI) Tasikmalaya Dr H Ajang Ramdani MPd mengatakan bahwa posisi Ketua PGRI bukan sembarang jabatan. Pasalnya jabatan tersebut akan jadi representasi para guru di Kota Tasikmalaya. “Kalau ketuanya bermasalah, akan menjadi buruk juga citra organisasi dan para guru,” ungkapnya kepada Radar, Senin (26/5/2025).
Baca Juga:Penundaan Bahasan Alfamidi Ilegal Menambah Citra Buruk Pemkot TasikmalayaLift Rusak, Pelayanan pasien Kelas 3 di RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya Terdampak
Maka dari itu menurutnya para guru konferkot PGRI Kota Tasikmalaya ini harus dilaksanakan secara ideal. Khususnya ketika memilih figur ketua PGRI yang baru agar mempertimbangkan keteladanan yang dimiliki kandidat. “Guru itu harus menjadi figur teladan, apalagi ini komandannya para guru, maka dari itu harus perlu pemimpin yang inspirtaif” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, ada 5 nama yang saat ini muncul menjadi kandidat. Yakni Dodo Agus Nurjaman SPd, H Cecep Susilawan SPd MM, Dr H Yonandi SSi MT, Nana Hermawan SPD MPD dan Abdul Palah.
Dirinya percaya para guru sudah mengenal rekam jejak dari para kandidat. Karena tidak bisa dipungkiri, ada saja pendidik yang memiliki kebiasaan yang bertentangan dengan misi pendidikan. “Misal kalau yang dipilih senang dengan pungutan nanti bisa jadi raja pungutan, atau misal biasa main proyek nanti jadi raja proyek di dunia pendidikan,” katanya.
Maka dari itu pihaknya mengingatkan agar para guru bisa memilih figur sesuai dengan hati nurani. Karena dia khawatir ada kandidat ambisius yang bermain uang agar terpilih. “PGRI dan dunia pendidikan bisa kacau kalau ketuanya produk money politic,” terangnya.
Di samping itu, tentunya PGRI perlu dipimpin oleh figur yang visioner. Tentunya memiliki rencana untuk membangun organisasi serta memperjuangkan hak-hak para guru. “Sosok visioner juga penting, supaya bisa membawa organisasi ke arah yang lebih baik, bukan mementingkan diri sendiri,” tuturnya.