Ange Postecoglou: Badut Pecinta Catenaccio yang Bawa Spurs Juara Liga Eropa

Ange Postecoglou
Ange Postecoglou Foto: Tangkapan layar Instagram@spursofficial
0 Komentar

RADARTASIK.ID – Di tengah musim yang kacau, Ange Postecoglou memberikan Tottenham Hotspurs hadiah yang tak terduga: trofi Liga Europa.

Sebuah gelar yang menambal luka musim yang penuh kekalahan dan menyelamatkan harga diri klub yang sempat terjerembab di posisi ke-17 Liga Inggris dengan 21 kekalahan.

Laga Final Liga Europa di San Mames bukan pertunjukan indah.

Justru sebaliknya, Spurs menang dengan bermain keras, kotor, dan minim peluang bersih.

Baca Juga:Jika Gagal ke Liga Champions, Lazio Terpaksa Korbankan GuendouziIni Syarat Antonio Conte untuk Kembali ke Juventus

Tapi, Gol semata wayang dari Brennan Johnson sudah cukup untuk mengangkat trofi dan menyingkirkan Manchester United, yang ditakdirkan menutup musim dalam kekosongan.

Kemenangan ini bukan sekadar soal taktik atau skor akhir. Ini kisah pembuktian seorang pelatih yang diremehkan sejak awal.

Postecoglou, pelatih asal Australia yang tak dikenal publik Inggris, sempat dicibir sebagai “badut” oleh sebagian fans dan media.

Saat kalah di derby lawan Arsenal pada September lalu, ia ditertawakan karena ucapannya yang terdengar congkak: “Aku selalu menang di tahun kedua.”

Kini, kalimat itu menjadi nyata. Ia menutup musim dengan trofi yang bahkan tak bisa diberikan oleh pelatih sekaliber Jose Mourinho, Conte, atau Pochettino.

Ironisnya, Postecoglou memenangkan final dengan gaya yang bertolak belakang dari filosofi bermainnya.

Tanpa Maddison, Kulusevski, dan Son yang tampil pincang, ia mengandalkan taktik pertahanan rapat Catenaccio ala Italia dengan membiarkan bola dikuasai lawan, dan mengganti penyerang dengan bek.

Baca Juga:Ibrahimovic hingga Furlani Dituding Tenggelamkan Masa Depan AC MilanPep Guardiola Menangis di Laga Perpisahan Kevin De Bruyne di Etihad

Catenaccio yang diterapkan Postecoglou membuat Spurs hanya mencatatkan 27% penguasaan bola, tapi tampil disiplin di lini belakang dan efektif di depan.

Pertahan grendel ini membuat Vicario menjadi tembok tak tertembus, menggagalkan peluang Garnacho dan Shaw yang nyaris menyamakan kedudukan.

Kemenangan ini juga menjadi cermin pribadi sang pelatih, Postecoglou merupakan pria sederhana, tak banyak bicara, tapi teguh pada jalannya.

Dari Australia hingga Jepang, dari Celtic hingga kini di London utara, Postecoglou selalu membuktikan satu hal: kerja keras, ketenangan, dan keyakinan lebih kuat daripada sorotan kamera dan ejekan.

Juara Liga Europa membawa Tottenham akhirnya kembali ke Liga Champions, dan nama Ange Postecoglou kini diukir bersama sejarah klub.

0 Komentar