Gerry Cardinale Buat AC Milan Mundur 10 Tahun

Gerry Cardinale
Gerry Cardinale Foto: Tangkapan layar Instagram
0 Komentar

RADARTASIK.ID – Kekalahan dari AS Roma tadi malam bukan sekadar kehilangan tiga poin bagi AC Milan, melainkan juga penutup dari mimpi mereka untuk tampil di kompetisi Eropa musim depan.

Dengan posisi klasemen saat ini, Rossoneri paling tinggi hanya bisa finis di peringkat ketujuh yang belum cukup untuk tiket Eropa.

Sebuah kemunduran drastis yang menodai ambisi besar Gerry Cardinale sebagai pemilik klub.

Baca Juga:Pesan Terakhir Curva Sud AS Roma untuk Ranieri: “Romanisme Cita-cita yang Merangkul Setiap Generasi”AS Roma Pupuskan Harapan AC Milan Tampil di Eropa, Ranieri: Kami Bekerja Sebagai Satu Tim

Proyek bertema American Style ala Cardinale, yang penuh dengan jargon manajemen modern dan investasi besar, nyatanya tak memberi hasil di lapangan.

Impianya membawa Milan “Menang dengan cara Cerdas” justru membawa tim terperosok ke titik terburuk dalam satu dekade terakhir.

Terakhir kali Milan absen dari kompetisi Eropa karena alasan performa terjadi pada musim 2015/16, ketika klub masih dilatih Sinisa Mihajlovic dan kemudian Cristian Brocchi.

Saat itu, Milan finis di posisi ketujuh dan kalah di final Coppa Italia dari Juventus.

Ironisnya, skenarionya nyaris identik musim ini, berada posisi klasemen ke-9 dan menelan kekalahan 3-1 atas AS Roma di Olimpico.

Milan memang pernah absen dari Eropa pada musim 2019/20, tetapi kala itu akibat sanksi pelanggaran Financial Fair Play, bukan karena kegagalan di lapangan seperti sekarang.

Pahitnya lagi, posisi Milan saat ini membuat mereka terpaksa memulai musim depan lebih awal, bahkan sebelum pertengahan Agustus.

Baca Juga:Gagal Manfaatkan Peluang Emas, Arnautovic Buat Scudetto Inter MelayangInter Ditahan Lazio, Napoli Selangkah Lagi Menuju Scudetto

Situasi sama yang pernah dialami Napoli tahun lalu setelah finis ke-10 dan harus menjalani laga resmi Coppa Italia pada 10 Agustus melawan Modena.

Jadwal yang mepet itu bisa memaksa Milan membatalkan sejumlah tur pramusim ke Asia, yang selama ini menjadi sumber pemasukan penting bagi klub.

Situasi ini jelas memicu pertanyaan besar soal arah klub di bawah kendali Cardinale.

Dengan skuad bertabur nama dan belanja pemain yang tak sedikit, kegagalan total ini menunjukkan bahwa investasi saja tak cukup tanpa fondasi olahraga yang solid.

Milan bukan hanya tersingkir dari Eropa, tapi juga kehilangan identitas.

Kini, mereka seperti kembali ke masa kelam satu dekade lalu, terjebak dalam ambisi besar yang tak disertai arah jelas di atas lapangan.

0 Komentar