BANJAR, RADARTASIK.ID – Maraknya kasus pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak di bawah umur di Kota Banjar memicu keprihatinan dari berbagai kalangan, termasuk para aktivis perempuan.
Fenomena ini mendorong perlunya upaya konkret dalam memberikan edukasi dan ruang aman bagi perempuan Kota Banjar agar dapat terhindar dari tindak kekerasan seksual.
Sebagai langkah pencegahan, Korps HMI Wati (Kohati) Kota Banjar menggelar ruang diskusi bertajuk ”Teras Kohati” yang melibatkan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum pada Minggu, 11 Mei 2025.
Baca Juga:Mengaku sebagai PNS Kemenhan, Pria Ini Tipu Perempuan Kota Banjar hingga Jutaan RupiahPemkot Banjar Bantah Kurang Perhatikan Pesantren, Dana Hibah Tetap Dipertahankan
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, khususnya perempuan Kota Banjar, mengenai pentingnya keberanian untuk bersuara jika mengalami tindakan pelecehan seksual.
Ketua Kohati Kota Banjar, Asma Faridah Hilmiyah, menjelaskan, diskusi ini merupakan bentuk edukasi terhadap berbagai lapisan masyarakat agar perempuan tidak lagi merasa takut atau enggan melaporkan tindakan yang mereka alami.
Ia menekankan, masih banyak korban yang memilih diam karena rasa takut atau malu, sehingga edukasi semacam ini diharapkan mampu mengubah sikap pasif menjadi aktif dalam menyuarakan perlindungan terhadap diri sendiri.
”Inilah ruang diskusi yang kami jalankan agar masyarakat yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, yang malu menjadi mampu menyampaikan (speak up),” terangnya, Senin, 12 Mei 2025.
Teras Kohati juga melibatkan lembaga-lembaga seperti Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) serta aparat penegak hukum (APH), dengan harapan mampu memberikan pemahaman komprehensif tentang perlindungan hukum dan layanan yang tersedia bagi korban kekerasan seksual.
Tujuan utamanya adalah menjadikan Kota Banjar sebagai kota yang ramah dan aman bagi perempuan, terbebas dari ancaman pelecehan maupun bentuk kejahatan lainnya.
Dalam kesempatan yang sama, Nova Cahalimah Girsang, perwakilan dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Banjar, menegaskan pentingnya keberanian untuk mengungkapkan pengalaman sebagai korban pelecehan seksual.
Baca Juga:Bukan Cuma Dividen: Strategi Investasi Ini Ternyata Lebih Cuan!Cuan 5,5 Juta Persen! Begini Rekam Jejak Investasi Warren Buffett yang Tak Tertandingi Selama Enam Dekade
Ia menyampaikan, dengan bersuara, korban dapat melindungi diri sekaligus mencegah terjadinya kasus serupa pada orang lain.
Bahkan tindakan sederhana seperti berteriak saat merasa terancam dapat menjadi bentuk perlawanan yang efektif terhadap pelaku.