Dulu Anti Teknologi, Kini Untung Triliunan: Pengakuan Malu-Malu Warren Buffett di Balik Saham Apple

Pelajaran yang Didapat Warren Buffett
Warren Buffett berbicara saat memimpin Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Berkshire Hathaway 2025 beberapa waktu lalu. (CNBC Television/YouTube)
0 Komentar

RADARTASIK.ID – Warren Buffett dikenal sebagai maestro investasi yang telah membangun kerajaan keuangan Berkshire Hathaway selama lebih dari enam dekade.

Namun, di balik jejak panjang kesuksesan itu, Buffett justru mengakui bahwa keuntungan terbesar konglomerat tersebut datang bukan dari dirinya sendiri, melainkan dari kinerja luar biasa CEO Apple, Tim Cook.

Pernyataan tersebut disampaikannya dalam rapat tahunan Berkshire Hathaway yang digelar di Omaha, Nebraska, beberapa waktu lalu.

Baca Juga:Perjalanan Karier Gigi Leung: Dari Gadis Tepi Jalan yang Lugu Menjadi Artis Hong Kong Serba BisaApple Ketinggalan Jauh di Balapan AI, Apakah Ini Akhir iPhone?

”Saya agak malu mengakui bahwa Tim Cook telah menghasilkan lebih banyak uang untuk Berkshire dibandingkan saya sendiri,” ungkap Buffett seperti dikutip WSJ, 3 Mei 2025.

Dalam kesempatan itu pula, Buffett menyampaikan bahwa dirinya siap mundur dari panggung utama perusahaan yang telah ia rintis.

Ucapan tersebut menjadi bentuk penghormatan khas ala Buffett—sebuah pengakuan atas realitas dunia investasi yang dinamis, sekaligus refleksi pentingnya keterbukaan dalam mengubah pandangan ketika fakta di lapangan berbicara berbeda.

Sebelum tahun 2016, Buffett dikenal cukup konservatif terhadap saham teknologi.

Bersama mitra investasinya, Charlie Munger, ia cenderung menghindari sektor ini dengan alasan kurang memahami karakter industri yang cepat berubah.

Namun, pendekatan tersebut berubah ketika salah satu manajer investasi Berkshire mengusulkan pembelian saham Apple, sembilan tahun setelah iPhone pertama kali diperkenalkan.

Saat itu, Buffett meminta manajer lain untuk mencari saham dalam indeks S&P 500 yang memenuhi tiga kriteria utama: memiliki rasio harga terhadap laba (P/E ratio) tidak lebih dari 15 berdasarkan estimasi laba 12 bulan ke depan, memiliki kepastian minimal 90 persen bahwa laba perusahaan akan meningkat dalam lima tahun ke depan, dan keyakinan setidaknya 50 persen bahwa perusahaan akan tumbuh setidaknya 7 persen setiap tahun selama lima tahun ke depan.

Dari penelitian yang dilakukan, Apple muncul sebagai kandidat terkuat.

Meski bukan lagi saham murah—diperdagangkan sekitar 14 kali estimasi labanya saat itu—Apple dinilai memiliki daya tahan yang luar biasa dalam menjaga loyalitas pelanggan.

Baca Juga:Pelajaran yang Didapat Warren Buffett dari Keberhasilan dan Kegagalannya yang TerbesarRahasia di Balik Kesuksesan Warren Buffett: Tak Akan Ada Lagi yang Seperti Dia?

Buffett sendiri, meski saat itu masih menggunakan ponsel lipat dan jauh dari dunia teknologi, melihat langsung bagaimana cucu-cucunya sangat bergantung pada iPhone.

0 Komentar