Minim Pengawasan, Jasa Boga di Kota Tasikmalaya Beroperasi Tanpa SLHS

jasa boga di kota tasikmalaya
Ilustrasi pekerja salah satu jasa boga / catering pernikahan menyiapkan makanan untuk para tamu undangan. (istimewa)
0 Komentar

Ia menekankan bahwa risiko terbesar dalam jasa boga justru muncul saat proses pengemasan makanan dalam jumlah besar.

“Kalau mau makanan bergizi yang bebas risiko keracunan, sebaiknya jangan dipacking. Proses packing itu yang bikin lama dan rentan bakteri,” ujarnya.

Regina menilai sistem prasmanan jauh lebih aman untuk diterapkan, termasuk dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Baca Juga:Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Budi Mahmud Saputra SE Dorong Revisi Perda Pendidikan Agar Lebih AdaptifKala Sang Ketua DPRD Utak-Atik Sendiri Tunjangan Anggota Dewan, Dapat Rp 3,5 Miliar!

“Di negara-negara maju yang udah jalanin sistem makanan bergizi di sekolah, mereka rata-rata pakai prasmanan. Makanan langsung dimakan, jadi aman,” terangnya.

Ia juga menjelaskan bahwa teknik memasak memengaruhi daya tahan makanan. Makanan tinggi kadar air dan digoreng, misalnya, jika tidak segera dikonsumsi akan lebih cepat basi dan rentan terkontaminasi jamur atau bakteri.

Regina berharap edukasi tentang keamanan pangan terus digencarkan dan perizinan seperti SLHS benar-benar ditegakkan.

Ia menegaskan bahwa hanya jasa boga yang memahami teknik memasak dan penyimpanan dengan benar yang bisa mengurangi risiko penyajian makanan dalam skala besar.

Ia pun berharap SLHS dapat menjadi standar wajib, bukan sekadar formalitas semata.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, saat dihubungi pada Kamis (8/5/2025), belum dapat memberikan data lengkap mengenai jumlah pelaku usaha jasa boga yang sudah mengikuti pelatihan dan telah memiliki SLHS.

Hal ini mencerminkan lemahnya sistem pelacakan dan pembinaan terhadap sektor jasa boga di kota tersebut. (Ayu Sabrina)

0 Komentar