RADARTASIK.ID – Cap “tim tua” yang sempat melekat pada Inter Milan ditepis mentah-mentah oleh Paolo Di Canio.
Mantan penyerang AC Milan dan Lazio itu membela tim asuhan Simone Inzaghi yang sukses menyingkirkan Bayern Munich dan melaju ke semifinal Liga Champions.
Menurut Di Canio, usia bukanlah masalah ketika sebuah tim punya semangat, koneksi, dan pengalaman seperti yang dimiliki Inter.
Baca Juga:Diego Fuser: Legenda AC Milan yang Dihujat Fans Lazio karena Gabung AS RomaGiampaolo Sanjung Fabregas: Como Adalah Tim Besar yang Menyamar Sebagai Tim Kecil
Bahkan ia menyebut Henrikh Mkhitaryan, gelandang 35 tahun asal Armenia masih bisa bermain hingga usia 50 tahun.
“Inter bukan tim tua. Mereka hanya punya dua pemain yang berusia lebih senior. Tapi seseorang seperti Mkhitaryan? Dia bisa main sampai 50 tahun,” ujar Di Canio dalam wawancara dengan Sky Sport Italia.
Statistik memang mencatat Inter menurunkan starting XI dengan rata-rata usia 31 tahun 43 hari saat melawan Bayern, usia tertinggi sejak 2012.
Namun Di Canio menilai hal itu bukanlah kelemahan, justru kekuatan karena tim Inzaghi bermain sebagai sebuah kesatuan.
“Mereka bermain dengan koneksi. Mereka tahu satu sama lain, bermain dengan cinta, dan sudah lama bersama. Itu yang membuat mereka solid dan tahu cara bertahan dalam tekanan,” katanya.
Di Canio juga menyoroti semangat Lautaro Martinez yang tampil sebagai pahlawan Inter di laga kontra Bayern.
Ia melihat, selebrasi Lautaro di akhir laga mencerminkan semangat juang tim secara keseluruhan.
Baca Juga:4 Kandidat Pengganti Ancelotti di Real Madrid: Dari Jurgen Klopp hingga Raul GonzalezDi Ambang Perpisahan dengan Madrid, Ancelotti Bisa Kembali ke AC Milan atau AS Roma
“Lautaro berteriak dengan mulut dan tangan terbuka seperti kepala suku. Ia mengumpulkan seluruh kekuatan dan energi timnya. Itu simbol kebahagiaan dan gairah,” ucap Di Canio.
Meski sempat menyoroti kesalahan Lautaro di leg pertama, Di Canio memuji karakter tim secara keseluruhan.
Menurutnya, Inter adalah tim yang tahu bagaimana menderita dan tetap berdiri, bahkan saat menghadapi tekanan dari raksasa seperti Bayern Munich.
“Banyak tim mungkin lebih muda dan berbakat, tapi mereka rapuh. Inter justru kuat karena pengalaman dan keyakinan. Motivasi membuat mereka terus berlari,” pungkasnya.