Ini Cara Inter Kalahkan Barcelona
Duel panas antara Inter Milan akan menghadapi Barcelona membangkitkan memori legendaris tahun 2010 ketika pasukan José Mourinho menyingkirkan Barca secara dramatis di Camp Nou.
Kini, giliran Simone Inzaghi membawa generasi baru Nerazzurri menghadapi tantangan berat dari tim muda asuhan Hansi Flick.
Inter datang dengan kepercayaan diri tinggi setelah menyingkirkan Bayern Munich. Sedangkan Barcelona tengah mengusung mimpi besar: meraih treble untuk ketiga kalinya dalam sejarah mereka. Tapi di balik gemerlap nama besar, ada celah yang bisa dimanfaatkan Inter.
Baca Juga:Intip Kekuatan dan Kelemahan Barcelona, Lawan Inter Milan di Semifinal Liga ChampionsGianluca Mancini Akui Dibenci Ranieri dan Hampir Ditabrak dengan Mobil oleh Asisten De Rossi
Hingga pekan ke-31 La Liga, Barcelona memimpin klasemen dengan 22 kemenangan dan hanya lima kekalahan.
Produktivitas mereka menonjol: 84 gol dan hanya kebobolan 29. Tapi performa impresif itu sempat terguncang ketika mereka kalah dari Dortmund di leg kedua perempat final.
Meski tetap lolos dengan agregat 5-3, laga tersebut mengungkapkan titik lemah: tekanan tinggi dari lawan dan koordinasi bertahan yang belum solid. Apalagi, kekalahan itu menjadi noda di tengah 24 laga tak terkalahkan sebelumnya.
Menjamu Inter, Barcelona tak turun dengan kekuatan penuh. Kiper utama Marc-André ter Stegen masih cedera dan digantikan Wojciech Szczesny.
Bek kiri Alejandro Balde juga diragukan tampil, membuka peluang bagi pemain muda Martin untuk mengisi posisi tersebut.
Absennya pemain-pemain kunci ini jelas jadi tantangan tambahan, terutama saat menghadapi lini serang Inter yang tajam dan kolektif.
Di bawah Hansi Flick, Barcelona bermain menyerang dengan pendekatan vertikal dan dominasi sayap.
Baca Juga:Jurnalis Italia: Inzaghi Tanamkan DNA Eropa di Tubuh Inter Milan Marco Baroni Minta Lazio Tampil Habis-habisan Hadapi Bodo/Glimt: "Ini Laga yang Butuh Keberanian"
Pemain seperti Raphinha dan Lamine Yamal seringkali menjadi ancaman lewat kecepatan dan teknik individu mereka.
Namun gaya ini juga berisiko. Lini belakang Barcelona kerap memainkan garis pertahanan tinggi—strategi yang bisa dimanfaatkan Inter lewat serangan balik cepat.
Apalagi, lini tengah Barça kurang memiliki gelandang bertipe pemutus serangan, membuat mereka rapuh saat kehilangan bola.
Atmosfer kandang pun tak sekuat biasanya karena mereka masih bermain di Stadion Montjuïc, bukan Camp Nou yang tengah direnovasi.
Robert Lewandowski tetap jadi andalan di depan. Raphinha sedang menikmati musim terbaiknya di Eropa. Dan Lamine Yamal, bocah ajaib berusia 17 tahun, tampil seperti veteran dan jadi motor serangan Barcelona.