“Hari ini kita belum merasakan dampak konkret karena secara spasial kita tidak langsung bersentuhan dengan TPA. Tapi kita harus mencoba menjadi mereka yang terdampak oleh ulah kita sendiri. Semua orang bisa berbuat, tanpa harus dikotak-kotakkan oleh ilmu atau status,” katanya.
Diskusi juga mengangkat soal kerugian konkret yang dialami warga, mulai dari rusaknya sumur, kematian ikan di kolam, gangguan pernapasan, hingga tingginya biaya untuk membeli air bersih akibat sumber air yang tercemar.
Sebagai tindak lanjut dari diskusi, Zulfi dan Faza mengungkapkan bahwa mereka kini tengah menghimpun data di 20 titik terdampak di wilayah Ciangir, Kecamatan Tamansari. Data ini akan digunakan untuk memperkuat dorongan kebijakan dan upaya advokasi yang berbasis bukti lapangan.
Baca Juga:Dr Lukmanul Hakim Resmi Pimpin STHG Tasikmalaya Periode 2024–2029Ketua DPRD Kota Tasikmalaya Sebut Perampingan Dinas Tidak Tergesa-Gesa!
Acara yang dihadiri puluhan peserta ini menjadi ruang refleksi sekaligus ajakan nyata agar mahasiswa tak hanya peka terhadap isu lingkungan, tetapi juga mampu mengambil peran dalam perjuangan menjaga keberlanjutan hidup dan hak ekologis masyarakat Tasikmalaya. (Ayu Sabrina)