TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Masyarakat dihadapkan pada tantangan ekonomi yang semakin berat. Dalam situasi ini, banyak warga berupaya menambah sumber pendapatan, berhemat, meminjam uang, hingga menjual aset untuk bertahan.
AG (40), seorang dosen dengan status Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), mengaku gajinya sekitar Rp 4 juta per bulan. Penghasilan tersebut dirasa sangat terbatas untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang terdiri dari istri dan dua anak.
“Di awal bulan, saya harus membayar Rp 1,7 juta untuk sewa kontrakan di Kota Tasikmalaya. Sisanya untuk kebutuhan pokok. Tidak ada lagi anggaran untuk membeli buku, padahal sebagai akademisi itu penting,” ujar AG, Selasa (25/3/2025).
Baca Juga:Jenazah Warga Kota Tasikmalaya yang Tenggelam di Perairan Ketapang Akhirnya DimakamkanVandalisme "Radar Jangan Bungkam" Hiasi Pemandangan di Seberang Kantor Radar Tasikmalaya Grup
Ia juga menyampaikan rencana untuk mengurangi konsumsi selama Lebaran tahun ini. Biasanya, ia membeli parsel untuk keluarga terdekat. Namun tahun ini terpaksa menghentikan tradisi tersebut.
“Pilihan saya sangat berat. Kalau beli buku untuk update materi pembelajaran mahasiswa, maka tidak ada uang untuk susu dan pampers anak. Biasanya saat Lebaran saya beli parsel, tapi mungkin sekarang saya hentikan dulu. Konsumsi untuk keluarga saja,” tambahnya.
Pegiat ekonomi Kota Tasikmalaya, Abdul Basith ME, menjelaskan bahwa kemampuan berbelanja masyarakat menjelang Lebaran juga menurun. Padahal, secara tradisional, tingkat konsumsi warga biasanya meningkat pada momen tersebut.
“Data bulanan survei konsumen Bank Indonesia (BI) tahun 2020-2024 menunjukkan rata-rata proporsi belanja warga menjelang Lebaran semakin kecil dibandingkan dengan proporsi belanja konsumsi selama satu tahun. Proporsi pengeluaran ini terbagi menjadi tiga, yaitu untuk belanja konsumsi, tabungan, serta cicilan atau angsuran,” terangnya.
Basith menyarankan masyarakat untuk mulai menerapkan gaya hidup frugal sebagai solusi jangka panjang. Gaya hidup frugal bukan sekadar menghemat, melainkan menggunakan uang secara efektif dan efisien. Dibutuhkan disiplin, ketekunan, dan komitmen agar gaya hidup ini menjadi kebiasaan yang berkelanjutan.
“Kunci utama hidup frugal adalah bijaksana dalam memanfaatkan uang. Artinya, menggunakan uang sesuai nilai dan harga yang wajar. Tidak membayar terlalu mahal, dan memastikan keuangan dikelola dengan baik untuk mencapai tujuan di masa depan,” jelasnya.