TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Maraknya tindak kriminalitas jalanan seperti geng motor di Kota Tasikmalaya mendorong perlunya peningkatan sistem pengawasan 24 jam.
Salah satu langkah yang dianggap efektif adalah penambahan kamera pengawas atau CCTV untuk memantau situasi di jalanan, baik siang maupun malam hari.
Ketua Komisi 3 DPRD Kota Tasikmalaya, Anang Sapaat, mendesak Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Tasikmalaya agar segera menambah Area Traffic Control System (ATCS) di beberapa titik strategis, terutama di kawasan pinggiran kota.
Baca Juga:Biar Beli Gas LPG 3 Kilo Gak Pusing, Gunakan Link Pencarian Pangkalan Gas LPG Terdekat IniGubernur Jawa Barat Terpilih Dedi Mulyadi Tawarkan Dua Opsi untuk Selesaikan Permasalahan Penahanan Ijazah
Ia menilai langkah ini mendesak mengingat semakin maraknya kejadian lalu lintas serta tindakan kriminal di jalur sepi.
“Jika ATCS terpasang, semua kejadian bisa terdeteksi. Karena itu, Dishub harus memprioritaskannya. Ini sangat urgen,” tegas Anang usai menghadiri Musrenbang di Aula Dishub Kota Tasikmalaya, Selasa 4 Februari 2025.
Anang menekankan bahwa pemasangan ATCS tidak hanya harus difokuskan di pusat kota, tetapi juga di wilayah pinggiran seperti Jalan Lingkar Utara, Jalan Letjen Mashudi, dan Jalan Gubernur Sewaka, yang sering terjadi insiden.
Meskipun saat ini anggaran untuk pemasangan ATCS belum tersedia, ia berharap dalam perubahan anggaran mendatang ada alokasi dana yang dapat digunakan.
Selain untuk pemantauan lalu lintas dan keamanan, ATCS juga berfungsi mendeteksi pelanggaran kendaraan guna mendukung penerapan tilang elektronik.
“Nanti kita akan koordinasi dengan polres. Dengan ATCS, polisi tidak perlu lagi berjaga di jalan, cukup memantau melalui kamera,” ujar Politisi Partai Demokrat tersebut.
Evaluasi PJU
Dalam Musrenbang tersebut, juga mencuat persoalan penerangan jalan umum (PJU) yang dinilai perlu dievaluasi.
Baca Juga:Pemeran Dong Shancai di Film Meteor Garden Barbie Hsu Meninggal karena PneumoniaProfil Shabrina Leanor, Kontestan Indonesian Idol 13 yang Memiliki Ciri Khas Vocal Penuh Tenaga
Selain mendorong pemasangan ATCS, Anang menyoroti beban anggaran PJU yang mencapai Rp 30 miliar setiap tahun.
Ia menilai sistem pembayaran ke PLN kurang transparan karena tidak ada data pasti mengenai jumlah PJU yang benar-benar aktif.
“Sistemnya seperti kredit di bank. Jika bayar Rp 40 miliar, berapa pun yang menyala tetap harus bayar Rp 40 miliar. Ini harus lebih proporsional agar tidak memberatkan daerah,” jelasnya.
Sebagai solusi, ia mendukung rencana penggantian bertahap lampu PJU ke LED, yang dinilai lebih hemat biaya.