Permintaan Transparansi dan Solusi Konkret
Berkaca pada kejadian yang terus berulang, warga berharap pemerintah dan pihak terkait segera mengambil tindakan nyata untuk menyelesaikan permasalahan ini.
“Kami butuh transparansi. Apa sebenarnya penyebab pencemaran ini? Jangan hanya membiarkan kami menebak-nebak sambil terus menderita,” tegas salah satu tokoh masyarakat setempat.
Warga juga meminta perhatian lebih dari Pemerintah Kota Tasikmalaya untuk memberikan solusi jangka panjang.
Baca Juga:2024, Tahunnya H Amir Mahpud!Direktur RSUD dr Soekardjo Budi Tirmadi Ungkap Alasan PHK 56 Pegawai
“Kami butuh kepastian, baik dalam hal pengelolaan lingkungan maupun kompensasi yang layak jika memang tidak bisa dihindari. Jangan sampai anak-anak kami menjadi korban pencemaran yang terus terjadi ini,” ujarnya.
Ancaman pencemaran yang berlangsung lebih dari satu dekade ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi semua pihak.
Tanpa tindakan yang nyata dan terintegrasi, dikhawatirkan masalah ini akan terus memburuk dan berdampak lebih luas bagi masyarakat.
Sejak 2011, pencemaran ini tidak pernah mendapatkan penanganan serius, sementara warga hanya bisa menahan dampaknya tanpa kejelasan penyebab dan solusi dari pihak terkait.
Dugaan kuat mengarah pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) TPA Ciangir yang tidak berfungsi dengan baik, serta aktivitas pabrik daur ulang plastik di sekitar wilayah tersebut.
Salah satu bukti yang ditemukan adalah cacahan plastik yang mengapung di aliran Sungai Cipajaran, yang diduga berasal dari limbah pabrik daur ulang plastik.
Ketakutan dan Konflik dengan Pabrik
Warga mengaku tidak hanya dirugikan oleh pencemaran, tetapi juga merasa takut untuk bersuara karena khawatir akan mendapat tekanan atau dianggap “ditandai” oleh pihak pemerintah.
Baca Juga:Persikotas Melaju ke Semifinal Liga 4 Seri Jawa Barat Usai Menang Dramatis 2-1 Lawan Maung AnomApple Dikabarkan Siap Bangun Pabrik di Bandung dan Batam, Larangan Penjualan iPhone 16 Segera Dicabut?
“Kami takut berbicara terlalu lantang, takut ditandai atau dianggap melawan. Padahal ini demi kesehatan dan keselamatan kami semua,” ujar seorang warga yang meminta namanya dirahasiakan.
Ketegangan juga meningkat ketika beberapa waktu lalu seorang warga hampir terlibat adu jotos dengan pegawai pabrik daur ulang plastik.
Konflik ini mencerminkan frustrasi warga yang sudah lama menahan dampak pencemaran tanpa mendapatkan tanggapan serius dari pihak pabrik maupun pemerintah.
Harapan untuk Pemerintah Kota Tasikmalaya